Cerita Para Kepala Desa yang Studi Banding ke Tiongkok, Seperti Kabayan Pergi ke Kota

Cerita Para Kepala Desa yang Studi Banding ke Tiongkok, Seperti Kabayan Pergi ke Kota
Rombongan Kepala Desa yang studi banding ke Tiongkok. Foto: Humas Kemendes

"Ternyata semuanya telah disiapkan dengan sangat detail. Seolah mereka sangat paham dengan apa yang dibutuhkan. Dengan peristiwa ini, kita diberikan pemahaman bagaimana seorang penyedia barang maupun jasa harus memahami permasalahan yang dihadapi oleh customers sehingga mampu menghadirkan barang maupun jasa yang sama persis dengan apa yang dibutuhkan oleh customers inilah yang disebut sebagai pelayanan paripurna (service excellence). Pelayanan yang mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan secara sempurna," katanya.

Perlu diketahui, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo melepas sejumlah kepala desa, penggiat desa dan pendamping desa yang akan mengikuti studi banding ke negara Korea dan China pada jumat (22/3).

Salah satu tujuan pengiriman itu agar desa-desa lebih inovatif dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Hal tersebut sejalan dengan salah satu program yang diusung Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yakni Program Inovasi Desa.

Menurut Eko, studi banding ke luar negeri diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan memunculkan inovasi dalam pengelolaan dan pembangunan desa, serta para peserta dapat membangun jaringan, menambah pengetahuan dan membuka pasar antar kepala desa dengan mitra luar negeri.

"Kami memerlukan kepala desa, pengiat desa dan pendamping desa untuk lebih punya wawasan lagi. Diharapkan setelah kunjungan itu, para peserta bisa menerapkan didesanya masing-masing apa yang apa yang mereka liat di luar negeri," katanya.

Lebih lanjut, Eko menambahkan bahwa untuk tahun ini, Kemendes PDTT telah merencanakan akan mengirim seribu peserta dari kepala desa, penggiat desa dan pendamping desa ke sejumlah negara lainnya untuk studi banding seperti ke negara Jepang, Thailand, Vietnam dan Malaysia.

"Salah satu cara yang paling cepat kami belajar adalah kami melihat negara lain yang relatif sudah maju. Kami harapkan kepala desa dan penggiat desa ini punya wawasan yang lebih lagi. Kegiatan ini juga penting untuk pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Jadi tidak hanya infrastruktur yang dibangun, tapi juga manusianya," katanya.

Sementara itu, Sekjen Kemendes PDTT Anwar Sanusi menyebutkan bahwa para peserta yang mengikuti studi banding ke Tiongkok akan mempelajari terkait revitalisasi pembangunan desa, kebijakan pengentasan kemiskinan, pertanian modern, perikan air tawar dan diskusi dengan perani lokal di china.

Seperti kisah Kabayan dan istrinya, Nyi Iteung sewaktu pergi ke kota, begitulah yang ada di benak Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi saat tiba di kota Beijing, Tiongkok, pada Sabtu (23/3).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News