Cerita Rajis saat Anggota Densus 88 Datang untuk Menangkap Anaknya

Cerita Rajis saat Anggota Densus 88 Datang untuk Menangkap Anaknya
Personel Densus 88 Antiteror. Foto: JPG/dok.JPNN.com

Sebelumnya, mondok di Makassar bersama ibu kandungnya, Salmawati. Dia juga menyebut, sebelum mondok di Makassar, Abu Arkam juga pernah mondok di Magetan, Jawa Timur.

“Dia (Abu Arkam,red.) ke Makassar ikut ibu kandungnya, mantan istri saya. Ibunya yang bawa dia ke sana setelah lulus SMP di sini. Kalau kata polisi, anak saya masih diperiksa, namun saya belum bisa menemuinya. Saya juga tidak tahu kelanjutannya sampai sekarang,” tutur Rajis.

Diterangkannya, Abu Arkam meminta izin kepadanya untuk bermain ke rumah salah seorang temannya, namun hingga Selasa sore hari itu, Abu Arkam tak juga pulang ke rumah. Padahal, kata dia, biasanya dia pulang ke rumah sebelum Asar.

“Saya tidak dikasihtahu di mana penangkapan anak saya. Yang jelas polisi datang lebih dari 10 orang, ada Pak Lurah juga,” tuturnya.

Abu Arkam sendiri diketahui menempuh pendidikan SD dan SMP di Berau. Setelah tamat, ia kemudian dibawa ke Makassar untuk menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren.

“Selama dia di sini, paling cuma nonton televisi, antar adiknya yang masih TK, dan main handphone. Sama sekali tidak ada aktivitas yang mencurigakan. Kalau keluar rumah juga paling ke tempat temannya atau ke masjid salat berjamaah,” katanya.

Hingga saat ini, Rajis seolah masih tidak percaya jika anaknya tersebut terlibat jaringan teroris kelompok Sibolga.

“Tapi Alhamdulillah, polisi tidak menemukan benda-benda mencurigakan saat pemeriksaan di rumah kemarin. Hanya buku catatan anak saya, topi bertuliskan tauhid dan SIM card, itu saja yang dibawa polisi dari sini. Makanya polisi bilang, kalau tidak ditemukan apa-apa akan dipulangkan,” ucapnya.

Rajis menceritakan kedatangan Densus 88 saat hendak menangkap anaknya, Abu Arkam, dan menggeledah rumahnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News