China Bangun Kediktatoran Digital Lewat Sistem 'Kredit Sosial'

Akun media sosial Hu, di mana ia menerbitkan banyak karya jurnalisme investigasinya, juga telah ditutup.
Hu mengklaim gabungan akun Wechat dan Weibo-nya memiliki dua juta pengikut pada puncaknya tetapi sekarang disensor.

Hu percaya penempatannya dalam daftar hitam bersifat politis dan telah mencoba mengajukan banding ke pihak berwenang. Sejauh ini ia berhadapan dengan kesenyapan.
Hu ingin memperingatkan dunia tentang mimpi buruk kredit sosial.
Melakukan hal itu dapat menempatkan teman-teman dan keluarganya dalam risiko pembalasan dari negara, tetapi Hu yakin sebagian besar orang China belum memahami apa yang akan datang di bawah negara totaliter digital.
"Anda dapat melihat kondisi mental orang-orang China," kata Hu.
"Mata mereka dibutakan dan telinga mereka diblokir. Mereka tahu sedikit tentang dunia dan hidup dalam sebuah ilusi."
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan