Christina Sunardi, Dosen Gamelan di University of Washington, Seattle, AS

Beli Gender dari Klaten, Kangen Makan Soto

Christina Sunardi, Dosen Gamelan di University of Washington, Seattle, AS
Christina Sunardi (dua dari kiri) bersama mahasiswi pemenang Her View Jawa Pos di University of Washington, Seattle, AS. Foto : Candra Wahyudi/Jawa Pos

Tugas Christina tidak mudah. Mahasiswanya pun tidak banyak. Hanya 14 orang. Namun, hal itu tidak mengurangi semangatnya untuk menularkan seni gamelan kepada mahasiswa Amerika. "Saya ingin orang Amerika tahu bahwa Indonesia memiliki kesenian yang hebat. Saya ingin orang Amerika tahu lebih banyak tentang Indonesia," tuturnya.

Butuh ketelatenan dan kesabaran ekstra bagi Christina untuk mengajarkan gamelan kepada mahasiswanya. Salah satu yang paling sulit adalah "memaksa" mahasiswanya untuk berkonsentrasi. "Harus fokus," tegasnya. Lantunan suara gamelan keluar lewat pukulan yang teratur. Tidak boleh asal pukul.

Christina juga harus sangat bersabar. Dia mengajak mahasiswanya mengenal satu demi satu peranti gamelan. Mulai gong, gambang, gender, bonang, kenong, kendang, sampai pekik. Juga, alat-alat musik pendukung lain seperti seruling, siter, serat rebab. "Kalau mereka sudah bosan dengan alat musik yang satu, saya hentikan dan ganti dengan yang lain," ujarnya.

Tantangan lainnya adalah menyelaraskan budaya Amerika dengan falsafah gamelan. Christina pun harus berkali-kali mengingatkan mahasiswanya agar melepas sepatu ketika memasuki arena panggung tempat gamelan. Dia juga meminta mahasiswanya untuk "menghormati" gamelan dengan tidak duduk seenaknya kala memainkan alat musik tersebut. Dalam sebuah kesempatan, Christina hanya bisa geleng-geleng kepala ketika menyaksikan mahasiswanya menabuh gong sambil mendengarkan musik lewat earphone.

Tidak banyak orang yang mau belajar alat musik Jawa alias gamelan. Lebih-lebih di Negeri Paman Sam. Namun, Christina Sunardi berbeda. Selain lihai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News