Cinta Berat Sejarah, Dwi Cahyono Bangun Museum Pribadi di Malang
Ada Gua Pertapaan Ken Arok dan Penjara Jepang di Restoran
Minggu, 21 Oktober 2012 – 00:21 WIB
Di rumah makan seluas kira-kira 800 meter persegi itu, Dwi menyimpan benda-benda kuno yang bisa dinikmati pengunjung. Ada radio, kamera, mesin ketik, contoh iklan dan surat kabar di era kolonial Belanda dan Jepang, serta foto-foto lama para pejuang. Mulai Bung Karno, Moh. Hatta, Sjahrir, hingga Bung Tomo.
"Hampir 90 persen warga Malang yang datang di sini tidak paham sejarah Kota Malang. Mereka justru baru paham setelah melihat koleksi barang-barang dan foto-foto di museum ini," ungkap suami Mar"atun Nafiah itu dengan bangga.
Museum pribadinya tersebut diberi nama Museum Malang Tempo Doeloe. Dwi mulai merintis dan melengkapi koleksinya pada 1998. Dia terobsesi memiliki museum pribadi karena ingin mengubah image museum sebagai tempat yang tidak menarik dan kuno.
"Museum tidak menarik karena kita tidak mampu mengemasnya dengan baik," tutur pria yang pernah mendalami ilmu management marketing di Sydney International Carrier Institute, Australia, itu.
Yang dilakukan Dwi Cahyono, pengusaha Kota Malang, ini tergolong langka. Dia membangun museum pribadi tentang sejarah kota di ujung selatan Jawa
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor