Cinta Sejati: Aisyah Menanti Setengah Abad, Diwaja Menangis

Cinta Sejati: Aisyah Menanti Setengah Abad, Diwaja Menangis
Suasana pernikahan Lalu Diwaja dengan Aisyah 10 Januari lalu di Desa Suradadi, Kecamatan Terara, Lombok Timur. Foto: Rizal for Lombok Post

”Banyak yang datang melamar saya ke rumah, tapi saya tidak mau menikah. Orang tua saya marah, tapi saya tetap mau menunggu Diwaja karena saya yakin dia datang,” ujar Aisyah sembari menatap wajah Diwaja.

Sikap itu tentu saja mengundang konsekuensi. Dia dikucilkan dan dianggap perawan tua. Namun, semua ucapan orang tua, keluarga, dan warga sekitar tersebut diabaikannya.

Hari terus berganti, begitu pula bulan dan tahun, Diwaja tak kunjung datang. Tak ada kabar dari surat ataupun telepon. Namun, Aisyah tak goyah.

Sampai kemudian, di awal tahun baru lalu, Aisyah mendapat kabar bahwa seorang pria mencarinya lewat telepon.

Dengan perantara Lalu Mustiarep, seorang tetangga, Diwaja ternyata menanyakan kabar Aisyah.

”Istri saya meninggal sekitar setahun lalu. Saya kesepian, makanya saya iseng-iseng nelpon ke teman di Desa Suradadi, menanyakan namanya Aisyah,” ungkap Diwaja.

Jujur, Diwaja mengaku, karena tak pernah sekali pun mendengar kabar, dirinya awalnya menyangka Aisyah sudah meninggal.

Ternyata, kabar yang dia dapatkan dari Mustiarep mengejutkan. ”Aisyah tak cuma masih hidup, tapi juga setia menunggu saya,” kata Diwaja sembari menitikkan air mata.

Kisah cinta sejati. Diwaja mengenal dan jatuh cinta pada Aisyah yang usianya saat itu 17 tahun. Tapi baru menikahi Aisyah yang kini sudah 67 tahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News