COVID-19 Menggila, China Karantina Setengah Juta Manusia di 1 Provinsi

COVID-19 Menggila, China Karantina Setengah Juta Manusia di 1 Provinsi
Petugas medis berpakaian pelindung mengumpulkan sampel uji usap dari warga selama pengujian COVID-19 massal putaran ketiga di distrik Zhenhai, Ningbo, provinsi Zhejiang, China, 12 Desember 2021. Foto: ANTARA/cnsphoto via Reuters/as

jpnn.com, ZHEJIANG - Provinsi Zhejiang di China berjuang menghadapi klaster COVID-19 pertamanya tahun ini ketika lebih dari setengah juta orang dikarantina dan daerah-daerah yang terhantam wabah menghentikan kegiatan bisnis mereka.

Kawasan industri utama di China itu pada Minggu melaporkan 74 kasus penularan lokal dengan gejala terkonfirmasi, menurut data resmi pada Senin.

Angka itu hampir dua kali lipat dari 38 kasus pada hari sebelumnya dan membuat total kasus menjadi 173 sejak provinsi itu melaporkan kasus pertama selama wabah terbaru.

Wabah di tiga kota –Ningbo, Shaoxing dan Hangzhou– berkembang dengan laju "relatif cepat", sementara kondisi di seluruh China secara umum stabil, kata pejabat Komisi Kesehatan Nasional Wu Liangyou pada Sabtu.

Sebelum wabah kali ini, Zhejiang –pusat kegiatan bisnis bagi banyak perusahaan kecil dan menengah, umumnya eksportir– melaporkan hanya satu kasus lokal pada 2021.

Lebih dari selusin perusahaan yang terdaftar di bursa China mengatakan mereka telah menangguhkan operasi di sejumlah kawasan di Zhejiang akibat pengetatan pembatasan COVID-19.

Wabah yang terjadi di belasan kota di China tahun ini terbilang lebih kecil daripada di luar negeri, namun pemerintah daerah diminta untuk memastikan kasus infeksi terdeteksi dan dikendalikan sedini mungkin untuk mencegah penularan yang lebih luas.

Kebijakan itu memicu pembatasan yang kadang mengganggu sektor perjalanan dan pariwisata.

Hingga 12 Desember, China daratan melaporkan 99.780 kasus COVID-19 bergejala, termasuk mereka yang tiba dari luar negeri. Total kematian belum bertambah dan masih tercatat 4.636.

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News