Dairoh dan Sophia Pindah Profesi Jadi Pengamen Hingga Pemulung
"Nggak punya uang lagi. Kalau mau tanam bawang merah, susah. Di sini banyak petani kesusahan, karena semuanya mahal. Bibit, pupuk, obat-obatan mahal, tidak sebanding dengan hasilnya," tuturnya.
Keluarga Iroh, sapaan akrabnya, semuanya menggantungkan hidup di bawang merah. Sayangnya, tanah yang digarap bukan milik sendiri. Mereka hanya sewa kepada tuan tanah. Bagi yang tidak punya modal terpaksa menjadi petani penggarap dan dibayar ketika panen tiba.
"Tapi sekarang banyak pemilik sawah nggak mau menanam bawang. Mahal semuanya, jadi di desa ini banyak yang tidak bercocok tanam," ungkapnya.
Sebagai janda, Dairoh harus berjuang sendiri membesarkan Kholifah, 17, dan Waridin, 9, yang masih sekolah . Di Brebes sebenarnya ada pabrik rokok, namun Iroh enggan masuk ke situ.
Lantaran harus mengeluarkan modal sekira Rp 1,5 juta untuk beli seragam serta kebutuhan lainnya.
"Saya pernah kerja di pabrik rokok, pendapatannya nggak seberapa, modalnya yang besar. Mendingan ngamen saja, modalnya cuma kaki dan suara," ucapnya.
Kisah lainnya diungkapkan Sophia, 33. Perempuan berperawakan gemuk ini sepupunya Iroh. Bedanya, Sophia enggan menjadi pengamen. Di kala tidak ada garapan sawah, keluarganya memilihi hijrah ke Jakarta menjadi pemulung.
Menurut perempuan tiga anak ini, ibu serta suaminya bekerja sebagai pemulung. Hasil yang diperoleh lumayan mencukupi kebutuhan keluarga.
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor