Dampak Sekolah Lapang Terasa, Sektor Pertanian Organik di Ciamis Makin Manis

Dampak Sekolah Lapang Terasa, Sektor Pertanian Organik di Ciamis Makin Manis
Sekolah lapang di Ciamis dirasakan manfaatnya oleh petani. Foto: Humas Kementan

Nurcholish memaparkan, sebelum adanya IPDMIP, progres pertanian organik di kawasan Desa Bangunsari bisa dikatakan stagnan.

Awal mulanya, minat masyarakat untuk terjun hanya sebelas orang dengan lahan garapan sekitar sebelas hektare.

Lambat laun, dengan banyaknya pelatihan dan pemberdayaan jangka panjang, kini ekosistem pertanian organik di sana telah mencapai 48 petani.

"Luas lahan garapannya pun bertambah menjadi 20 hektare atau tiga kali lipat dari sebelumnya," jelas dia.

Lewat kurikulum sekolah lapangan, para petani diajarkan secara masif mengenai banyak hal tentang cara bertani. Di antaranya bagaimana memperkuat basis pertanian organik, mulai dari cara bertani, prospek pengembangan pertanian organik, rantai nilai produk, sampai manajemen pengelolaan keuangan skala mikro.

Pemerintah Kabupaten Ciamis ikut andil membantu petani memasarkan hasil panennya melalui ekosistem bisnis di sana. Hotel, rumah makan, dan tempat wisata. Saat ini, mereka rutin mengirim 100-200 kilogram dalam sebulan.

"Kemudian dengan keluarnya sertifikat Inofice diharapkan tentunya bisa semakin menyejahterakan petani di Kabupaten Ciamis, dan tentunya Indonesia," kata dia.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan pertanian harus diarahkan kepada bisnis. Artinya tidak sekadar mencukupi pangan sendiri.

Lewat kurikulum sekolah lapang, para petani di Ciamis diajarkan secara masif mengenai banyak hal tentang cara bertani.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News