Dampak Sosial Virus Corona

Oleh: Dr Paulus Januar, drg, MS

Dampak Sosial Virus Corona
Pakar Kesehatan Masyarakat, Dr Paulus Januar, drg, MS. Foto: Dokpri for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Penyakit Virus Corona atau COVID-19 menimbulkan wabah penyakit yang tiba-tiba muncul di China dan dengan cepat segera menyebar ke seluruh penjuru jagad. Saat ini tercatat sudah 76 negara, termasuk Indonesia, terkena penyakit Virus Corona.

Di dunia saat ini terdapat sekitar 85.000 orang penderita penyakit Virus Corona, dan masih akan bertambah. Selanjutnya, virus Corona bukan saja merupakan permasalahan kesehatan masyarakat, namun juga menimbulkan dampak sosial yang serius. Dampak sosial yang muncul terutama masyarakat menjadi panik, perlambatan ekonomi, dan krisis kepercayaan.

Panik

Selama ini Virus Corona terdapat pada binatang dan tidak menimbulkan penyakit pada manusia. Namun kemudian mengalami mutasi genetik dan berubah bentuk menjadi virus yang menimbulkan penyakit pada manusia.

Penyakit Virus Corona pada manusia dapat menular melalui percikan ludah, bersin, dan batuk. Penyakit menyebar dengan cepat dan dapat berakhir dengan kematian.

Penyebaran yang cepat serta terdapatnya kasus kematian, ditambah dengan ketidaktahuan, dan ketidaksiapan, menimbulkan rasa panik masyarakat. Ketakutan akan tertimpa musibah yang mematikan menghantui masyarakat. Memang wajar saja kalau merasa khawatir, namun tidak perlu berlebihan hingga menimbulkan gelombang panik.

Sebenarnya tidak perlu panik karena profesi kesehatan pernah berhasil menghadapi penyakit yang serupa yaitu SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), dan juga MERS (Middle East Respiratory Sindrome). Malah kalau ditilik, tingkat kematian SARS dan MERS jauh lebih tinggi dibanding tingkat kematian karena Virus Corona. Dari para penderitanya, tingkat kematian karena SARS adalah 9,6%, karena MERS sebesar 34%, sedangkan angka kematian karena Virus Corona hanya sekitar 2%.

Dengan angka kematian yang relatif kecil, penderita penyakit Virus Corona sebagian terbesar mengalami kesembuhan. Meski belum ada obatnya, namun Virus Corona bersifat self limiting, sama seperti virus yang serupa, yaitu setelah beberapa waktu akan berhenti sendiri perkembangan kehidupannya, hingga penderita mengalami penyembuhan. Penderita penyakit Virus Corona yang meninggal umumnya karena sebelumnya telah mengalami penyakit lain yang menjadi pemberat hingga memperburuk kondisi tubuhnya. 

Patut dicatat, bahwasanya sebelum penyakit Virus Corona masuk ke Indonesia sudah dilakukan persiapan untuk menghadapinya serta dijalankannya tindakan pencegahannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News