Dana Pendidikan Rp 400 Triliun tapi Sekolah Masih Mahal

Dana Pendidikan Rp 400 Triliun tapi Sekolah Masih Mahal
Siswa SD 4 Muara Bengkal belajar lesehan, tanpa kursi, sementara langit-langit ruang kelas terkelupas. Ilustrasi Foto: SAIPUL ANWAR/KALTIM POST/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengomentari pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait anggaran pendidikan Rp 400 triliun namun belum signifikan hasilnya.

Menurut Indra persoalan mendasarnya adalah tidak adanya cetak biru (blue print) di dunia pendidikan.

Menurut Indra dengan tidak adanya cetak biru arah pembangunan pendidikan nasional itu, maka arah pembangunan pendidikan nasional tidak jelas.

Ujungnya anggaran dana pendidikan Rp 400 triliun pun tidak terlihat signifikan hasilnya.

Dia mencontohkan masih tingginya kasus putus sekolah, padahal pemerintah memiliki program kartu Indonesia pintar (KIP).

Menurutnya besarnya angka putus sekolah menunjukkan biaya sekolah masih mahal. ’’Yang putus sekolah kebanyakan orang miskin,’’ tuturnya.

Persoalan putus sekolah itu dipicu karena sekolah negeri justru dipenuhi siswa-siswa dari keluarga mampu dan kaya.

Sementara siswa-siswa dari keluarga miskin tidak bisa masuk sekolah negeri karena tidak bisa menembus seleksi penerimaan siswa baru. Akibatnya anak-anak keluarga miskin sekolah di sekolah swasta dan berbayar.

Meski dana pendidikan mendapat alokasi 20 persen APBN atau sekitar Rp 400 triliun, namun belum memberikan dampak signifikan pada mutu pendidikan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News