Dana Pendidikan Rp 400 Triliun tapi Sekolah Masih Mahal

Dana Pendidikan Rp 400 Triliun tapi Sekolah Masih Mahal
Siswa SD 4 Muara Bengkal belajar lesehan, tanpa kursi, sementara langit-langit ruang kelas terkelupas. Ilustrasi Foto: SAIPUL ANWAR/KALTIM POST/dok.JPNN.com

Selain itu Indra mengkritisi dunia pendidikan yang banyak terjamah urusan politik. Contohnya kepala dinas pendidikan di daerah diduduki oleh pejabat yang tidak berlatar belakang pendidikan.

’’Karena tim sukses, didudukkan sebagai kepala dinas pendidikan. Padahal tidak memiliki latar belakang dunia pendidikan,’’ tuturnya.

Rencana pemerintah mengangkat guru honorer juga cenderung beraroma politik. Bisa dikaitkan dalam rangka mencari dukungan jelang pemilihan Presiden 2019 nanti.

Dia menjelaskan hasil evaluasi dari Kemendikbud, kualitas guru honorer saat ini belum bagus. Sehingga tidak bisa dipaksakan untuk diangkat menjadi guru honorer.

Indra berharap pemerintah segera menetapkan cetak biru arah pembangunan pendidikan nasional.

Sehingga meskipun ada pergantian rezim presiden, menteri pendidikan, gubernur, bupati, dan walikota, tetap sesuai arah yang sudah ditetapkan.

’’Seperti membangun rumah, kalau ada desainnya, siapa pun tukangnya akan sesuai dengan yang direncanakan,’’ jelasnya. (jun/wan/lyn)


Meski dana pendidikan mendapat alokasi 20 persen APBN atau sekitar Rp 400 triliun, namun belum memberikan dampak signifikan pada mutu pendidikan.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News