Dari Pakai Batik ke Kantor Hingga Menjadi Jembatan Sains, Inilah Tiga Saintis Perempuan Indonesia di Australia

Dari Pakai Batik ke Kantor Hingga Menjadi Jembatan Sains, Inilah Tiga Saintis Perempuan Indonesia di Australia
Dina Yulia PhD merupakan peneliti pada CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation), Lembaga Riset Sains Nasional Australia sejak 2011. (Koleksi pribadi)

Saat ditanya mengapa memilih berkiprah di Australia, Dina mengaku kesempatan yang dia dapatkan justru dari Australia.

"Kesempatan yang sesuai dengan skill set yang saya punya dan bekerja pada institusi yang menjadi idola banyak lulusan bidang sains," kata Dina yang juga lulusan Institut Pertanian Bogor dan Institut Teknologi Bandung.

"Pada institusi ini kita bisa bekerja bersama world class scientists, mendapat gemblengan dan bimbingan dari mereka, baik dari sisi sains maupun etika kerja secara umum," tambah Dr Dina.

Ditanya soal nasionalismenya sebagai orang Indonesia, Dina mengatakan ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk.

"Bagi saya, tidak perlu dalam bentuk yang mewah. Memakai baju batik ke kantor saja sudah bisa dilihat sebagai bentuk nasionalisme sejati," kata Dr Dina.

Dina tertarik dengan tanaman karena ia mengatakan tanaman dan pepohonan adalah satu-satunya organisme besar di dunia yang memiliki klorofil.

"Mereka bisa "memasak" makanannya sendiri dari bahan-bahan mentah (mineral) yang ada di tanah dan udara," jelasnya.

"Bukan hanya itu, pohon dan tanaman juga satu-satunya organisme besar yang bisa menghasilkan oksigen yang kita semua butuhkan," kata Dr Dina.

Tiga saintis perempuan asal Indonesia ini tinggal di Australia dan berkiprah di tingkat dunia

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News