Data Ekonomi Amerika Serikat Ngeri-Ngeri Sedap, The Fed Masih Agresif?

Data Ekonomi Amerika Serikat Ngeri-Ngeri Sedap, The Fed Masih Agresif?
Ketua Fed Jerome Powell pada pertemuan penentuan suku bunga acuan. Ilustrasi/Foto: ANTARA/REUTERS/Elizabeth Frantz

jpnn.com, JAKARTA - Data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis Senin (1/8) beragam. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pengeluaran untuk proyek konstruksi AS turun 1,1 persen pada Juni, penurunan terbesar dalam lebih dari satu tahun.

Penurunan itu terjadi lantaran pengeluaran untuk konstruksi publik jatuh pada tingkat tertinggi dalam lebih dari lima tahun.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur S&P Global Amerika Serikat yang disesuaikan secara musiman tercatat 52,2 pada Juli, turun dari 52,7 pada Juni dan secara umum sejalan dengan perkiraan yang dirilis sebelumnya di 52,3.

Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks aktivitas manufaktur turun sedikit menjadi 52,8 pada Juli dari 53,0 pada Juni, level terendah sejak Juni 2020.

Melihat data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan Bank Sentral Federal Reserve System (The Fed) tak akan lagi agresif dalam meningkatkan suku bunga acuan.

Sebab, The Fed mempertimbangkan peningkatan risiko resesi di Negeri Paman Sam.

"Ini yang memang menjadi asesmen baik dari BI maupun pasar dengan kemarin adanya kenaikan suku bunga yang agresif dari Fed," ujar Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 202 di Jakarta, Senin (1/8).

Adapun Fed baru saja meningkatkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) dalam pertemuan Juli 2022 sehingga bunga kebijakan The Fed kini menjadi 2,25 persen hingga 2,5 persen.

Data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis Senin (1/8 ) waktu setempat beragam, namun menandakan adanya resesi teknikal di Negara Paman Sam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News