Data Pusat dan Daerah Berbeda, Hak Anak Stunting Berpotensi Hilang

"Adanya perbedaan data tersebut berdampak pada masyarakat yang tak memiliki akses terkait penyuluhan kesehatan," keluhnya.
Hal ini dialami oleh balita kembar di Desa Cibarani, Kecamatan Cisata, Kabupaten Pandeglang, Banten. Khaerul dan Khairil, begitulah nama kedua balita tersebut. Mereka tinggal di wilayah yang jarak ke puskesmas terdekat harus ditempuh selama 1 jam.
Wiwin, panggilan dari ibu balita kembar ini menjelaskan, Ia jarang membawa kedua anaknya ke puskesmas akibat jarak yang jauh. Akibatnya, tumbuh kembang dan asupan gizi Khaerul dan Khairil tak pernah terpantau. Kedua balita tersebut bahkan belum vaksin lengkap.
"Karena tidak cukup konsumsi sehari-harinya, anak saya diberi masing-masing 4 botol dot setiap harinya kental manis untuk susu mereka," tutur Wiwin.
Wiwin pun mengaku tidak paham terkait kebutuhan gizi yang diperlukan oleh dua balita berusia satu setengah tahun tersebut.
Selain itu, Dia juga mengeluhkan tidak adanya kader puskesmas maupun posyandu yang mendatanginya untuk penyuluhan stunting.
Khaerul dan Khairil menjadi salah satu contoh deteksi stunting yang masih belum maksimal hingga ke lapisan bawah. (esy/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Salah satu persoalan dalam penyelesaian stunting adalah perbedaan data antara pusat dan daerah. Akibatnya hak anak stunting terancam hilang.
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesyia Muhammad
- PTM Capai 73%, Workshop FIA & GAPMMI Bedah Strategi untuk Hadapi Tantangan Kesehatan
- Gubernur Lampung Dukung Gerakan Dapur Indonesia Jalankan Program MBG Rutin
- 7 Menu Sarapan yang Baik untuk Menjaga Kesehatan Tubuh
- Wajar Banyak yang Tidak Suka Monolog Gibran, Ini Analisis Efriza
- Kawal PHTC Bidang Kesehatan, Wakil KSP Tinjau Layanan CKG di Kabupaten Lahat
- Center Of Excellence jadi Layanan Terbaru di Ciputra Hospital Citraraya