Data Terbaru BPS: Yang Miskin Semakin Miskin
’’Ini menunjukkan bahwa persoalan kemiskinan ada di desa. Jadi, kuncinya ada di desa. Dengan catatan kita harus tetap perhatikan persoalan di kota,’’ ungkapnya.
BPS juga mencatat indeks kedalaman kemiskinan yang turut meningkat. Indeks kedalaman kemiskinan pada September 2016 adalah 1,74 dan pada Maret 2017 naik menjadi 1,83. Indeks keparahan kemiskinan juga naik dari 0,44 menjadi 0,48.
Tingginya indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan menujukkan bahwa yang miskin semakin sulit terangkat dari jurang kemiskinan.
’’Dengan peningkatan ini, tingkat kemiskinan semakin dalam. Jarak antara pengeluaran penduduk miskin dan garis kemiskinan akan semakin jauh dan semakin sulit entaskan kemiskinan,’’ paparnya.
Sementara itu, terkait gini ratio atau tingkat ketimpangan kemakmuran, Suhariyanto menyebut pada Maret 2017 mencapai 0,393.
Angka itu menurun tipis 0,001 poin jika dibandingkan dengam gini ratio September 2016 yang mencapai 0,394.
’’Rasio gini stagnan, hampir nyaris sama atau tidak mengalami perubahan. Karena menurunkan ketimpangan bukan upaya yang mudah, perlu roadmap jangka panjang. Idealnya pergerakan tiga tahun sekali,’’ katanya.
Suhariyanto melanjutkan, gini ratio di daerah perkotaan pada Maret 2017 tercatat 0,407, turun dibandingkan gini ratio September 2016 yang sebesar 0,409 dan gini ratio Maret 2017 yang mencapai 0,410.
Efektivitasnya program bantuan sosial yang telah digencarkan patut dipertanyakan. Berdasar data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis
- BPS Sebut Nilai Tukar Petani Sumsel Naik 2,97 Persen Pada Maret 2024
- Skincare Sumbang Inflasi di Sumsel, Kepala BPS: Banyak yang Ingin Tampil Cantik
- Panen Raya Maret-April Capai 8,46 Juta Ton, Produksi Beras Bakal Melimpah Lagi
- Menko Airlangga Dorong Efisiensi Biaya Logistik Nasional & Peningkatan Produktivitas
- Mbak Rerie Dorong Peningkatan Kompetensi Guru Penting untuk Wujudkan Generasi Unggul
- BPS Sebut 2024 Impor Beras Naik hingga 135,1 Persen