Debat Presiden Perlu Ubah Fokus Dari Swasembada ke Ketahanan Pangan
Tak hanya itu, setelah melihat data konsumsi beras yang juga disesuaikan, maka surplus beras di tahun lalu sebesar 2,85 juta ton, sehingga tidak membutuhkan impor.
"Jadi untuk beras mungkin masih bisa swasembada karena masih surplus, berbeda untuk kedelai dan jagung yang angkanya masih di bawah itu," ujar Ilman.
Perlu adanya perubahan paradigma
Photo: Kedua calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto berjabat tangan dengan kedua pendamping mereka Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno tersenyum setelah debat capres/cawapres di Jakarta. (Reuters: Willy Kurniawan)
Debat calon presiden putaran kedua yang akan digelar hari Minggu mendatang (17/02) akan membahas soal pangan, energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
Menurut Ilman seharusnya ada perubahan paradigma dalam diskusi antara calon presiden, yakni dari swasembada pangan menjadi ketahanan pangan.
Dalam bahasa sederhana ia menjelaskan swasembada pangan adalah "tersedianya makanan dari petani atau produsen dari dalam negeri."
Sementara ketahanan pangan "yang penting ada makanan, terserah siapa pun yang menghasilkan, bisa dari Indonesia atau negara lain asalkan sumber makanan aman."
Jika swasembada pangan yang dimaksud mencakup beras, jagung, dan kedelai maka akan sulit bagi Indonesia mencapainya.
- Dunia Hari Ini: Tornado Tewaskan 4 Orang di Oklahoma
- Dick Tamimi: Sosok di Balik Band Dara Puspita yang Pernah Dituduh Menyelundupkan Emas
- Dunia Hari Ini: Timnas Indonesia Mengalahkan Korea Selatan Dalam Piala Asia U-23
- Dunia Hari Ini: Pendiri Mustika Ratu Tutup Usia
- Kenapa Ibu Negara Masih Akan Sangat Berpengaruh di Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Gadis 14 Tahun Dinobatkan sebagai Olahragawan Aksi Terbaik