Deddy Yevri Sitorus: Edy Mulyadi Norak

Deddy Yevri Sitorus: Edy Mulyadi Norak
Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Hanteru Sitorus. Foto: Dokpri for JPNN.com.

“Karena itulah mereka memilih kata-kata yang melecehkan seperti “tempat jin buang anak, kuntilanak dan genderuwo dan monyet”. Hal itu untuk memperkuat argumen ketidaksetujuan mereka tentang pemindahan ibu kota negara," katanya.

Jadi, lanjut Deddy menegaskan, sudah jelas bahwa memang mereka memilih kata-kata penghinaan itu dengan sengaja.

"Edy Mulyadi itu kampungan dan norak, menurut saya. Dia apa tidak tahu kalau jutaan orang datang dari Pulau Jawa dan dari seluruh penjuru Indonesia untuk mencari hidup di Kalimantan? Apa dia tidak tahu bahwa listrik, LPG dan BBM yang dia nikmati itu sebagian besar datang dari Kalimantan yang kaya dengan batu bara, gas dan minyak bumi?” tanya Deddy.

Sebagai gambaran, produksi minyak dari Kalimantan Timur saja 20.829 ribu barel di 2019 dan menjadi 14.381 ribu barel di 2020. 

Sementara, produksi gas bumi 240 .828 ribu mmbtu di 2019, dan 156.294 ribu mmbtu di 2020.

SKK Migas di 2020 menyebut produksi migas dari Kalimantan dan Sulawesi menyumbang 12 persen produksi nasional. 

“Apa dia tidak tahu bahwa Kalimantan menyumbang pendapatan negara yang sangat besar dari berbagai komoditas dan bahan baku industri? Apakah Edy Mulyadi Cs tidak tahu bahwa Kalimantan itu adalah paru-paru dunia yang sangat penting secara global? Kalau sampai enggak tahu, ya kebangetan,” kata Deddy. 

Untuk diketahui, luas hutan Kalimantan adalah 40,8 juta hektare sehingga kerap disebut sebagai salah-satu paru-paru dunia. Keberadaannya dinilai sangat strategis di tengah isu climate change saat ini.

Anggota DPR Dapil Kaltara Deddy Yevri Sitorus mengecam pernyataan Edy Mulyadi. Dia mendesak agar masalah itu diselesaikan di ranah hukum.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News