Demi anak-anak tak Mampu, Rela Jual Laptop dan Kamera

Demi anak-anak tak Mampu, Rela Jual Laptop dan Kamera
BANGUN KAMPUNG: Husen, pendiri Sumatera Volunteer saat mengajari anak-anak Pariangan, Tanahdatar, di hadapan tamu dari Belanda, belum lama ini. Foto: dok pribadi for Padang Ekspres/JPG

“Dalam perjalanan ini, wajah saya serasa ditampar ribuan kali ketika saya bertemu seorang anak. Ia tidak bersekolah seperti teman-temannya, berpakaian lusuh dan tanpa sandal. Saya yang dulunya berpikir Sumbar sudah maju dibandingkan daerah lain di Indonesia, ternyata sama saja. Kejadian ini mengingatkan saya kembali tentang kondisi di Waibaku,” ujarnya.

Dari Pariangan, dia membawa kegelisahan ke Bali. Di sana dia bertemu dengan Jasper Kuzenga, salah satu sahabatnya yang merupakan warga Belanda.

Jasper Kuzenga kemudian memperkenalkannya dengan dunia volunteer. Tentang organisasi yang melibatkan sukarelawan lokal dan asing dalam memberikan sesuatu kepada yang membutuhkan, dan juga suatu langkah untuk mengajak orang melakukan hal positif dalam hidupnya.

“Setelah mengalami dilema antara tetap hidup di Bali atau kembali ke kampung dengan gerakan yang akan saya bangun, saya akhirnya memutuskan pilihan kedua yaitu kembali ke kampung dengan konsekuensi saya harus menerima kenyataan bahwa tidak ada lagi yang namanya gaji bulanan, tidak ada lagi yang namanya dunia kantoran,” jelasnya.

Agustus 2014 dia akhirnya mendirikan organisasi Sumatera Volunteer yang bertujuan untuk membantu anak-anak tidak mampu dengan beberapa program seperti mengajar Bahasa Inggris, Pendidikan Kesehatan, Pendidikan Lingkungan dan Seni Budaya.

“Saya awali sendiri mengajar anak-anak dengan menumpang di rumah saudara karena keluarga saya sudah bercerai, ibu saya tinggal di Jakarta dan Ayah saya tinggal di Batusangkar. Kami tidak mempunyai rumah sendiri, kecuali rumah gadang yang kami tinggali dari keluarga sebelumnya. Saya membuat meja belajar dan papan tulis yang saya buat sendiri dengan alasan menekan biaya operasional,” ceritanya.

Program pertama yang dijalankan yaitu mengajar bahasa Inggris. Dia mulai dari mengajak anak-anak tidak mampu di lingkungan tempat tinggalnya di Jorong Balai Labuah Bawah, Kecamatan Limakaum, Tanahdatar.

Program ini dilakukan setiap hari Minggu pagi. Setiap minggu anak-anak semakin banyak yang berdatangan. Karena lokasi yang sempit dia memutuskan untuk pindah lokasi ke Surau di pinggir sawah. Sebuah surau yang hanya digunakan petani untuk shalat zuhur dan ashar.

HUSEN, pendiri Sumatera Volunteer, sangat terkesan dengan kalimat Mahatma Gandhi: “Cara terbaik menemukan dirimu adalah dengan meleburkan diri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News