Demi Jenazah, Suku Pribumi Mengamuk Lalu Sandera Polisi dan Pejabat Daerah

Demi Jenazah, Suku Pribumi Mengamuk Lalu Sandera Polisi dan Pejabat Daerah
Ilustrasi penculikan. Foto: Pixabay

jpnn.com, QUITO - Kelompok masyarakat pribumi Shuar Kumay di kawasan Amazon, Ekuador, menyandera dua orang polisi serta seorang pejabat Provinsi Pastaza.

Langkah ekstrem tersebut bertujuan menekan otoritas agar mengembalikan jenazah pemimpin mereka, yang meninggal dunia diduga karena COVID-19.

Menteri Dalam Negeri Maria Paulo Romo menyatakan pemimpin tersebut, yang bernama Alberto Mashutak, meninggal akibat infeksi virus corona sehingga dimakamkan sesuai dengan protokol penguburan jenazah berstandar internasional di tengah pandemi.

"Petugas kepolisian tidak dapat menjadi suatu alat tawar-menawar dalam kondisi apa pun," kata Romo dalam cuitan di Twitter pada Jumat (3/7) malam.

Ia menyertakan foto para petugas tengah duduk di bangunan kayu dan dikelilingi anggota kelompok pribumi, yang beberapa di antaranya memegang tombak.

Anggota kelompok Shuar Kumay bersikukuh bahwa Mashutak meninggal dunia bukan karena COVID-19, sehingga mereka mestinya diizinkan untuk melakukan pemakaman secara tradisional, menurut pengacara mereka, Marcos Espinoza.

Perselisihan itu mulai meningkat pada Kamis (2/7) siang ketika anggota kelompok menahan polisi dan pejabat tersebut, kata Espinoza melalui sambungan telepon.

"Ini soal pelanggaran terhadap hak-hak kolektif dan kultural, dan kami mengajukan tuntutan agar hakim memerintahkan penggalian kembali makam serta penyerahan jenazah," ujar dia.

Kelompok masyarakat pribumi Shuar Kumay menyandera dua orang polisi serta seorang pejabat daerah. Semua gegara satu jenazah

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News