Densus 88 Mengintai Selama Lima Hari

Densus 88 Mengintai Selama Lima Hari
Densus 88 Antiteror. Ilustrasi Foto: Toni Suhartono/Indopos

YS pernah menjual kebun sawitnya, lalu ganti usaha berkebun karet. Saat ada pesta pernikahan, sering datang. “Istrinya juga biasa, pakai jilbab. Tapi tidak yang aneh-aneh,” tuturnya.

Dw (28), istri YS ketika ditemui di rumahnya terlihat begitu terpukul dengan penangkapan terhadap sang suami. “Kejadian begitu cepat, Pak. Kami lagi nyiapin jualan, sekitar jam 3 sore,” katanya.

Dia tak habis pikir kenapa suaminya ditangkap. Bahkan, hingga kemarin, alumni salah satu perguruan tinggi di Lampung itu belum juga mendapatkan penjelasan dari polisi. “Suami saya sehari hari menyadap karet. Pulang ke rumah bantu saya jualan,” bebernya.

Petugas menyita hp yang digunakan untuk isi pulsa. Juga laptop yang berisi dokumen saat Dw masih kuliah dulu. Dia membantah kalau suaminya ikut semacam pengajian. “Dia tidak pernah ninggalin saya dalam waktu lama. Hanya setiap tiga hari keluar sebentar untuk belanja keperluan pasar,” imbuhnya.

Dia berharap, kalau suaminya tidak bersalah bisa segera dipulangkan dalam keadaan sehat, tanpa luka sedikit pun. “Kami tidak tahu apa-apa. Kalau terlibat, kenapa tidak dari dulu ditangkap,” cetus Dw.

Informasi yang dihimpun, YS merupakan adik dari ZK. Nah, ZK ditangkap Densus 88 Desember 2017 lalu bersama beberapa orang karena diduga masuk kelompok S, warga Muara Enim yang diduga menyembunyikan buronan Abu Ibrahim.

Sedangkan Abu Ibrahim dari kelompok JAK Riau yang sembunyi di Muara Enim. Solihin juga disebut-sebut mendirikan kamp pelatihan untuk terduga teroris lain. Dia juga diduga tahu rencana penyerangan Mapolres OKU dan Mako Brimob Kelapa Dua.

Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara enggan memberikan keterangan terkait penangkapan terduga teroris di OKU. Dia hanya mengajak seluruh masyarakat untuk menciptakan suasana tenang. “Jauh dari isu-isu terorisme,” ujarnya.

Densus 88 menangkap YS warga Desa Markisa, Lubuk Batang, OKU, Sumsel, yang diduga terlibat jaringan teroris.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News