Desa di Sulawesi Mendadak jadi Kampung Orang Tiongkok

Desa di Sulawesi Mendadak jadi Kampung Orang Tiongkok
Sejumlah TKA berbelanja pada saat jam istirahat di Desa Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Foto: Imam Husein/Jawa Pos

Jumlah itu meningkat dua kali lipat setelah petang. Setiap menit ada puluhan pekerja asing yang keluar dari kawasan industri. Mereka berjalan bergerombol lima sampai sepuluh orang. Dari dandanannya, mayoritas identik dengan pekerja kasar atau unskilled worker. Penampilan mereka sangat sederhana. Bahkan bisa disebut kucel.

Sebagian besar mengenakan kaus oblong dan celana training. Ada pula yang memakai kemeja lusuh serta celana kain warna gelap. Sebagian besar pakai sandal jepit. Hanya sedikit pekerja yang mengenakan seragam proyek warna biru dan abu-abu serta bersepatu.

Semua pekerja asing itu menggunakan bahasa Mandarin saat berinteraksi satu sama lain. Tidak ada satu pun yang berkomunikasi dengan bahasa Indonesia atau Inggris. ”Mayoritas yang bekerja di pabrik itu (smelter) memang orang Tiongkok. Orang Indonesianya sedikit,” ujar Fahrudin, warga Desa Morosi.

Nah, kios-kios tadi sengaja didirikan seiring dengan makin banyaknya pekerja Tiongkok di kawasan tersebut. Bahkan, tidak jarang nama kios yang menggunakan tulisan aksara Latin dan aksara Han. Rumah Makan (RM) Berkah misalnya. Di bawah tulisan RM Berkah terdapat aksara Han yang artinya sama dengan nama RM.

”Untuk memudahkan saja. Karena pekerja yang beli di sini (kios) tidak ada yang bisa bahasa Indonesia,” ujar pria yang pernah jadi tukang jasa antar galon untuk pabrik smelter itu.

Kompleks pasar yang berada di jalan utama Desa Morosi tersebut selalu ramai pukul 17.00 sampai 21.00. ”Seperti pasar malam, jam segitu pekerja asing keluar dari kawasan proyek, cari makan dan belanja,” imbuhnya.

Setiap hari ada ribuan pekerja asing yang berbelanja di pasar tersebut. Mayoritas berjalan kaki. Sebagian membeli makanan instan untuk dibawa ke mes di dalam kawasan proyek. Lainnya membeli makanan siap saji di warung makan.

”Itu (jalan kaki) kebanyakan pekerja kasar. Kalau yang jabatannya level atas naik motor dan mobil, belanjanya ke Kendari,” jelas Fahrudin.

JPNN.com - Suasana jalan Desa Morosi, Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara tampak lengang Jumat (30/12) siang itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News