Kesaksian Warga Lokal Melamar jadi Buruh Kasar, Gagal

Kesaksian Warga Lokal Melamar jadi Buruh Kasar, Gagal
BURUH KASAR: Sejumlah tenaga kerja asing (TKA) saat menjalani jam istirahat siang di Desa Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Jumat (30/12). Seharusnya TKA hanya untuk tenaga kerja ahli, tapi ada dari mereka yang bekerja sebagai buruh. Foto: IMAM HUSEIN/JAWA POS

jpnn.com - JPNN.com – Banyaknya tenaga kerja asing (TKA) kasar di Desa/Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, secara pelan-pelan telah menggeser tenaga kerja local.

M. Fajrian, 19, tenaga lokal yang bekerja di salah satu proyek pembangunan nasional desa setempat, mengatakan, awalnya banyak penduduk di kampungnya yang diterima sebagai pekerja kasar.

’’Sekarang tinggal sedikit, banyak pekerja asingnya,’’ ujarnya kepada Jawa Pos.

Laki-laki yang bekerja sebagai kuli angkut campuran semen di proyek pembangunan smelter itu mengatakan, jumlah tenaga lokal dan TKA di Morosi berbanding 1:3.

Lebih banyak pekerja asing. Padahal, posisinya sama. Yakni, tenaga kerja kasar. ’’Karena kontraktornya orang China (Tingkok, Red), jadi semua pekerjanya juga orang China,’’ beber pekerja kasar yang diupah Rp 90 ribu per hari tersebut.

Eko Wibowo, 29, warga setempat, menambahkan, banyak penduduk lokal yang ingin bekerja di proyek pembangunan pabrik milik Tiongkok di desanya tidak lolos saat penjaringan.

Termasuk dirinya. Kebanyakan di antara mereka gagal saat tahap interview. ’’Saya dulu pernah melamar, tapi tidak diterima,’’ tuturnya.

Saat itu Eko melamar sebagai buruh kasar. Menurut dia, sebagian besar posisi tersebut kini sudah diisi para pekerja asing.

JPNN.com – Banyaknya tenaga kerja asing (TKA) kasar di Desa/Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, secara pelan-pelan telah menggeser

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News