Detik-detik Mengharukan Parinah Tiba di Rumah

Detik-detik Mengharukan Parinah Tiba di Rumah
Parinah, TKI yang sempat hilang, pulang ke rumah disambut anaknya, Nur Hamdan, 29, Kamis (12/4). Foto: Miftahul Mufid/Radar Banyumas

Sunarti berkirim surat setelah menerima surat dari sang ibu pada 5 Maret 2005. Itulah surat pertama yang diterima keluarga setelah perempuan kelahiran Banyumas pada 28 Januari 1968 tersebut dibawa si majikan pindah ke Inggris. Kepindahan yang tanpa sepengetahuan keluarga.

Surat pertama dari Parinah itu sudah langsung berisi permintaan agar dibantu pulang ke Indonesia. Lantaran masih kecil dan tak tahu prosedur pemulangan ibunya, Sunarti tidak melakukan upaya apa-apa.

Dia dan kedua adiknya, Parsin (kini berusia 33) dan Nur Hamdan (saat ini 29 tahun), saat itu hanya kebingungan. ’’Cuma ada petunjuk kartu nama majikan. Ada juga nomor telepon yang bisa dihubungi,’’ ungkapnya.

Ke alamat yang tertulis di kartu nama itulah empat kali keluarga membalas surat tersebut, termasuk surat dari Sunarti untuk memberi tahu dia akan menikah dengan Marito, selalu kembali.

Sesuai alamat di kartu nama, Parinah tinggal bersama majikan di Hove, kota kecil di sebelah Brighton. Keterangan dari kantor pos di sana yang tertera di surat-surat dari keluarga sama: nama Parinah yang dituju tidak ada.

Di desanya, Parinah dua kali menikah. Yang pertama dengan Nur Hadi. Setelah Nur meninggal, dia menikah lagi dengan Sikin yang kini tak diketahui keberadaannya.

Parinah berangkat ke Arab Saudi pada 16 Desember 1999 melalui PT Afrida Duta. Dan, mendapat majikan bernama Alaa M. Ali Abdallah yang berprofesi dokter spesialis kandungan.

Tak seperti saat di Inggris, selama bekerja di Saudi, komunikasi dengan keluarga berjalan lancar. Baik melalui surat maupun telepon.

Parinah, TKI yang belasan tahun “hilang”, bisa pulang ke rumahnya di Cilacap, berkat surat yang dia kirim ke kantor pos saat majikannya tidur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News