Dewi Sulastri, Kecintaannya terhadap Seni Tradisional

Dewi Sulastri, Kecintaannya terhadap Seni Tradisional
Dewi Sulastri. (Raka Denny/Jawa Pos)

Bahkan, pada Maret 2013, Bathara memperoleh penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) sebagai penata tari tradisional Jawa termuda. Putri bungsunya yang duduk di kelas VIII SMP, Bathari, juga aktif menekuni tari.

’’Anak pertama lebih menyukai dunia fotografi, sedangkan anak keduangeband. Kami tidak pernah memaksakan keempat-empatnya menekuni bidang yang sama dengan orang tuanya. Tidak apa-apa, toh semua masih berada dalam koridor seni,’’ papar Dewi.

Tidak jarang, Dewi tampil bersama Bathara dan Bathari dalam pementasan yang sama. Misalnya, Jejak Asa Sang Dewi pada 2013. Kemudian, dalam perhelatan Wayang Gaul Minggu mendatang (19/10), Bathara berperan sebagai penata tari, sedangkan Bathari menjadi penari.

’’Sungguh membanggakan bisa tampil bersama anak-anak. Mereka ingin memberikan inspirasi bagi anak-anak seusianya. Menyukai seni modern tidak apa-apa, tapi budaya sendiri jangan ditinggalkan,’’ paparnya, lantas tersenyum.

Taman Seni Swargaloka juga rutin menjadi tempat pelatihan tari setiap Minggu. Muridnya mulai SD hingga mahasiswa. Bathara ikut rutin mengajar tari dan membantu tugas sang ibu.

Salah satu pengalaman berkesan bagi Dewi ketika mengajar tari adalah memperoleh seorang murid autis yang bersemangat belajar tari. ’’Setelah belajar tari, dia lebih mampu berkomunikasi dan mengendalikan emosi. Saya sendiri takjub melihatnya,’’ tandas Dewi.(nor/c14/nda)


Dunia seni tidak bisa dipisahkan dari Dewi Sulastri. Bersama suami yang juga seniman tari, perempuan asal Jogjakarta itu mendirikan Taman Seni Swargaloka.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News