Di Pucuk-pucuk Tebing Ini Dulu Para Anggota GAM Bersembunyi

Di Pucuk-pucuk Tebing Ini Dulu Para Anggota GAM Bersembunyi
DIJAMIN AMAN: Wartawan Jawa Pos berpose di depan bukit cadas yang menjadi persembunyian gerilyawan GAM di kawasan Pucok Krueng, Aceh Besar. Foto: Jawa pos photo

Itu pun setelah Marjuni mendapat restu dari mantan Komandan GAM Pucok Krueng Muharram. Muharram setuju setelah Mendel menunjukkan surat izin dari gubernur.

Sejak wisata itu dibuka pada 2007, sudah banyak turis yang tertarik dengan tawaran Mendel tersebut. 

Tidak sedikit pula wisatawan asing yang tertantang, di antaranya berasal dari Amerika dan Belanda. Mereka datang berombongan. 

Suami Jamilah Usman itu tidak secara spesifik menyebutkan biaya yang harus dibayar wisatawan. Yang jelas, ongkos untuk seorang pemandu Rp 150 ribu. 

Kemudian, tarif angkutan menuju lokasi yang sebesar Rp 450 ribu termasuk ongkos sopir.

Wisatawan juga bisa memanfaatkan angkutan labi-labi, pikap yang baknya dimodifikasi dan diberi tempat duduk penumpang. 

Di Banda Aceh, banyak kendaraan seperti itu yang digunakan sebagai angkutan kota. Biaya sewanya lebih murah, sekitar Rp 250 ribu sehari.

Mendel menuturkan, umumnya turis asing lebih suka menggunakan labi-labi. Bukan karena harga sewanya lebih murah. ”Mereka penasaran karena kendaraan itu tidak ada di negaranya,” jelasnya. (*/bersambung/c11/ari)

PADA 15 Agustus 2005, diteken perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ya, MoU Helsinki,sudah berusia 11 tahun. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News