Dianggap Berlebihan, Bantuan untuk Ukraina Mulai Dipertanyakan

Dianggap Berlebihan, Bantuan untuk Ukraina Mulai Dipertanyakan
Warga Ukraina yang tinggal di Jepang memegang poster dan bendera selama demonstrasi mengecam Rusia atas tindakannya di Ukraina, dekat kedutaan Rusia di Tokyo, Jepang, Rabu (23/2/2022). Foto: ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato/wsj.

jpnn.com, TOKYO - Mantan Perdana Menteri Jepang Yoshiro Mori pada Rabu (25/1) mendesak pemerintah agar tidak memberikan dukungan yang berlebihan untuk Ukraina.

Ia juga berpendapat bahwa Rusia tidak akan kalah dalam perang yang sedang berlangsung di negara di Eropa Timur itu.

Mori dikenal sebagai politisi veteran yang rentan melakukan kesalahan. Dia adalah anggota Partai Demokrat Liberal yang berkuasa dan telah berusia 85 tahun.

"Saya bertanya-tanya mengapa Jepang melakukan upaya besar untuk mendukung Ukraina," kata Mori dalam pidato di sebuah resepsi.

Dia menambahkan bahwa Tokyo "telah membangun hubungan" dengan Moskow, yang menginvasi Ukraina pada Februari 2022.

"Tidak terpikirkan bahwa Rusia akan kalah perang. Jika itu terjadi, sesuatu yang lebih sulit akan terjadi," kata Mori yang aktif memperkuat hubungan bilateral dengan Rusia melalui pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Mori menjabat sebagai perdana menteri Jepang hanya selama sekitar satu tahun sejak April 2000 karena peringkat dukungan publik pada kabinetnya saat itu cukup rendah akibat kesalahannya yang berulang-ulang.

Setelah pensiun sebagai anggota parlemen majelis rendah Jepang sekitar satu dekade lalu, Mori bertemu dengan Putin sebagai utusan khusus Perdana Menteri Shinzo Abe.

Negara-negara Barat dan sekutunya seperti Jepang telah membanjiri Ukraina dengan bantuan senjata dan hal-hal lain yang mereka butuhkan untuk menghadapi Rusia

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News