Dilanda Gempa dan Tsunami, Kerugian Ekonomi Rp 18,48 Triliun

Dilanda Gempa dan Tsunami, Kerugian Ekonomi Rp 18,48 Triliun
Salah satu kawasan di Palu yang terdampak gempa. Foto: M. Kusdharmadi/JPNN.com

"Dampak kerugian dan kerusakan di sektor permukiman adalah paling besar karena luas dan masifnya dampak bencana. Hampir sepanjang pantai di Teluk Palu bangunan rata tanah dan rusak berat," jelasnya.

Terjangan tsunami dengan ketinggian antara 2,2 meter hingga 11,3 meter dengan landaan terjauh mencapai hampir 0,5 km telah menghancurkan permukiman di sana.

Begitu juga adanya amblesan dan pengangkatan permukiman di Balaroa dan likuifaksi yang menenggelamkan permukiman di Petobo, Jono Oge dan Sibalaya telah menyebabkan ribuan rumah hilang.

Berdasarkan sebaran wilayah, maka kerugian dan kerusakan di Kota Palu mencapai Rp 8,3 triliun Kabupaten Sigi Rp 6,9 triliun Donggala Rp 2,7 triliun dan Parigi Moutong mencapai Rp 640 miliar.

"Tim Hitung Cepat Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB dan UNDP, terus menghitung dampak dan kebutuhan untuk pemulihan nantinya," kata Sutopo.

Dia menambahkan kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana diperkirakan lebih dari Rp 10 triliun.

"Tentu ini bukan tugas yang mudah dan ringan, namun pemerintah dan pemda akan siap membangun kembali nantinya," ungkap Sutopo.

Sementara itu, korban hingga Minggu (28/10) tercatat 2.086 orang meninggal dunia. Yakni di Kota Palu 1.705 orang, Kabupaten Donggala 171, Sigi 188 dan Parigi Moutong 15 orang.

Sebanyak 1.309 orang hilang. Korban luka-luka tercatat 4.438 orang, dan mengungsi sebanyak 206.524 orang.

Secara umum kondisi masyarakat sudah kondusif, perekonomian masyarakat mulai berjalan normal.

Sinyal telekomunikasi dan internet telah pulih. Pelayanan listrik PLN sudah mencapai 97 persen.

Dampak kerugian dan kerusakan di sektor permukiman paling besar selama bencana di Sulawesi Tengah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News