Dilarang Mengkritik Perang di Ukraina, Jurnalis Rusia Peraih Nobel Ini Nekat, Kejadian Selanjutnya Mengerikan

Dilarang Mengkritik Perang di Ukraina, Jurnalis Rusia Peraih Nobel Ini Nekat, Kejadian Selanjutnya Mengerikan
Arsip foto: Dmitry Muratov, kepala redaksi surat kabar investigatif Rusia, Gazeta, berbicara kepada para wartawan di Moskow, Rusia, 8 Oktober 2021. Muratov adalah salah satu pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2021. ANTARA/REUTERS/Maxim Shemetov/tm

jpnn.com, LONDON - Amerika Serikat meyakini intelijen Rusia berada di belakang serangan kimia terhadap jurnalis Rusia pemenang Penghargaan Nobel Perdamaian Dmitry Muratov beberapa waktu lalu.

Redaktur surat kabar investigatif Novaya Gazeta itu mengaku disiram dengan cat merah mengandung aseton oleh seorang penyerang di sebuah kereta.

Muratov pada saat itu mengunggah foto wajah, dada, dan tangannya yang tertutup cat minyak merah, yang dia katakan membuat matanya terbakar parah lantaran aseton tersebut.

New York Times dan Washington Post melaporkan pada Kamis bahwa badan intelijen AS sudah berkesimpulan serangan itu diatur oleh sejumlah mata-mata Rusia mengatur penyerangan itu, yang terjadi di kereta rute Moskow-Samara.

Sebelum penyerangan terjadi, Novaya Gazeta mengumumkan bahwa pihaknya menunda aktivitasnya secara daring maupun cetak sampai operasi militer Rusia di Ukraina selesai.

Pemerintah Rusia sudah dua kali memperingatkan surat kabar itu atas peliputan perang di Ukraina.

Kremlin telah melarang media massa menggunakan kata invasi dalam berita-berita mengenai konflik tersebut. (ant/dil/jpnn)

Amerika Serikat menemukan bukti bahwa intelijen Rusia dikerahkan untuk membungkam jurnalis yang kritis terhadap aksi militer negara itu di Ukraina


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News