Dinar Candy

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Dinar Candy
Dinar Candy yang hanya berbikini di jalanan kawasan Jakarta Selatan memperlihatkan poster untuk memprotes perpanjangan PPKM. Foto: tangkapan layar Instagram/dinar_candy

Banyak cara protes dilakukan. Ada yang memasang bendera putih. Ada yang demo terbuka menolak PPKM, ada juga yang mengajak demo besar-besaran ‘’Jokowi End Game’’, tetapi gagal, dan yang paling baru dan unik adalah demo bikini ala Dinar Candy.

Dalam tradisi demokrasi, berbagai cara protes banyak dilakukan, mulai dari yang konvensional seperti demonstrasi di pinggir jalan, melakukan aksi mogok makan (hunger strike), sampai aksi protes dengan melakukan bunuh diri.

Desember 2010, seorang pedagang buah dan sayur kaki lima di Tunisia berdiri di depan kantor pemerintah daerahnya dan melakukan aksi bakar diri.

Pedagang itu Muhammad Abul Azizi melakukan aksi putus asa tersebut sebagai bentuk protes atas korupsi pejabat. Aksinya memicu gelombang revolusioner di seluruh wilayah yang dikenal dengan "Arab Spring".

Arab Spring menjadi gerakan sosial yang berujung pada revolusi politik yang menjatuhkan rezim lama di Libya dan menyebabkan krisis politik di Mesir, Suriah, dan beberapa wilayah di Timur Tengah. Abul Azizi menjadi simbol sekaligus martir bagi gerakan demokratisasi itu.

Gerakan hunger strike atau mogok makan banyak dilakukan oleh aktivis politik untuk menuntut perubahan.

Salah satu yang fenomenal dilakukan oleh Aung San Suu Kyi pada 1990-an ketika melakukan mogok makan memrotes rezim junta militer yang otoriter.

Di Indonesia rakyat tidak perlu melakukan mogok makan, karena tanpa mogok makan pun banyak rakyat yang sekarang kelaparan.

Protes Dinar Candy seharusnya menyadarkan penguasa bahwa ketika saluran protes resmi sudah tersumbat...

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News