Diplomat Cantik Indonesia Semprot Enam Negara di Forum PBB

Diplomat Cantik Indonesia Semprot Enam Negara di Forum PBB
Nara Masista Rakhmatia. Foto: screencapt.YouTube

Pemerintahan dari empat negara itu disebut tidak paham sejarah situasi saat ini dan perkembangan progresif di Indonesia, termasuk di Provinsi Papua dan Papua Barat, serta manuver politik yang tidak bersahabat dan retoris.

"Pernyataan mereka bernuansa politik, dirancang untuk mendukung kelompok-kelompok separatis di provinsi-provinsi tersebut, yang begitu bersemangat mengganggu ketertiban umum dan melakukan serangan teroris bersenjata terhadap masyarakat sipil dan aparat keamanan," tutur Nara.

"Saya ulangi, itu sudah melanggar kedaulatan dan integritas teritori suatu negara," tekan Nara.

Dia juga menegaskan kembali komitmen Indonesia terhadap HAM tak usah dipertanyakan lagi. Indonesia adalah pendiri Dewan HAM PBB. "Indonesia sudah menjadi anggota dewan tersebut selama tiga periode dan saat ini menjadi anggota untuk keempat kalinya. Indonesia adalah penggagas komisi HAM antar pemerintah ASEAN," ketus Nara.

Indonesia, kata Nara, merupakan negara demokrasi yang dewasa di dalam fungsi-fungsinya, bersama dengan komitmen sangat tinggi terhadap promosi dan perlindungan HAM di semua level, hampir-hampir mustahil pelanggaran HAM terjadi tanpa diketahui dan diperiksa.

Di akhir respons resmi Indonesia ini, Nara menutupnya dengan sindiran manis. "Ada pepatah kami, yang mengatakan, ketika seseorang menunjukkan jari terlunjuknya pada orang lain, jari jempolnya otomatis menunjuk pada wajahnya sendiri. Terima kasih," pungkasnya.

Nara terlihat begitu terlatih meski usianya masih terbilang muda. Dari berbagai sumber yang diolah JPNN, Nara adalah lulusan Sekolah Departemen Luar Negeri angkatan 33 tahun 2008. New York adalah penempatan pertama lulusan SMA 70 Jakarta ini.

Setelah lulus SMA, Nara kuliah di FISIP UI jurusan Hubungan Internasional dan lulus tahun 2002. Sebelum melamar PNS di Kemenlu, Nara menjadi peneliti di CERIC (Center for Research on Inter-group Relations and Conflict Resolution) dan juga Center for East Asia Cooperation Studies. 

DIA mendadak jadi pembicaraan di kalangan pengamat internasional, khususnya yang fokus ke masalah HAM serta kondisi di Papua dan Papua Barat terkini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News