Doktor Asal Jombang Menangkan Kompetisi Teknologi Militer

Doktor Asal Jombang Menangkan Kompetisi Teknologi Militer
Dr Subchan
Dalam konteks perang modern, lanjutnya, produk teknologi seperti yang dikembangkan Subcham dan timnya memang sangat relevan. Medan yang asing dan sulit, membutuhkan piranti yang bisa sangat membantu prajurit tempur.

Robot yang dikembangkan Team Stellar ini terdiri atas dua pesawat kecil dan satu kendaraan darat. Semuanya tanpa awak. Wahana ini dilengkapi dengan sensor radar, panas, dan visual. Untuk menyelaraskan kerja ketiga robot ini, dan sekaligus menganalisis hasil yang didapat, dibuat semacam pusat mengendali terpadu. 

Kepada Jawa Pos Subchan memaparkan,  tiga komponen robot yang dikembangkan Team Stellar itu punya fungsi sendiri-sendiri yang saling menunjang. Pertama, pesawat tanpa awak yang terbang tinggi. Alat ini berfungsi memetakan wilayah dan mengetahui medan. Pesawat ini bisa mendeteksi kendaraan militer; tank, bahkan sniper (penembak jitu) lawan.  Namun, untuk bom pesawat, alat ini tidak bisa mendeteksi secara akurat. Itulah sebabnya dibuat robot kedua dan ketiga berupa pesawat tanpa awak yang terbang rendah dan satu robot darat (ground vehicle). Kedua robot terakhir ini lebih berfungsi untuk mengecek atau melakukan verifikasi terhadap temuan pesawat pertama yang terbang tinggi .

Subchan, yang menempuh master bidang applied matematics S2 di Delf University of Technology di Belanda pada 1998-2000 ini terlibat di bagian desain dan pengembangaan kendaraan udara dan darat tanpa awak. ''Ini memang pekerjaan yang sangat menguras  tenaga dan otak,'' ungkap pria kelahiran Jombang Mei 1971 itu. 

Dia menceritakan, proyek robot militer ini dimulai sekitar pertengahan tahun 2007. Selama kurang lebih setahun, Team Stellar yang menggabungkan beberapa perusahaan pertahanan dan Cranfield University itu mengembangkan dan mengujicoba Saturn di lapangan. Ujicoba dilakukan di beberapa tempat di Inggris, antara di Inggris barat dan timur.

”Proyek ini membuat saya sering ke lapangan dan menghabiskan waktu di alam terbuka. Kadang selama berhari-hari menyempurnakan Saturn,'' kata anak kedua dari empat bersaudara pasangan Abdul Muin dan Djamilah ini. Dalam enam bulan terakhir, hampir tiap minggu Subchan dan timnya ke lapangan menguji Saturn. Waktu yang terbatas memang menjadi salah satu kendala pengembangan Saturn. Bahkan sampai babak final pun, masih ada beberapa masalah yang mengganjal.

''Pada proofing event (pembuktian produk)  yang berlangsung selama lima hari, kami sempat khawatir karena sampai hari ketiga komunikasi antara stasiun pengendali di darat dan robot kendaraan tidak begitu bagus,'' ungkap Subchan, yang dikaruniai lima anak dari perkawinannya dengan Ima Imadatul ini. Untunglah pada hari keempat, persoalan bisa diatasi.

Menurutnya, salah satu challenge yang harus dilakukan setiap tim adalah, dalam waktu satu jam harus mendemonstasikan hasil temuannya di Village of Copehill Down, di Salisbury Plain, Wiltshire Inggris. Yakni,  sebuah perkampungan yang khusus dibuat untuk latihan militer. Kondisi perkampungan itu dibuat sedemikian rupa mirip dengan medan peperangan, lengkap dengan snipers, bom, tank, peluncur roket, hingga aktor yang berperan sebagai tentara lawan dan penduduk sipil. Robot peserta Grand Challenge MoD harus bisa membedakan mana yang ancaman dan mana warga sipil biasa.

Ratusan warga Indonesia menikmati suasana perayaan 17 Agustus di rumah dinas duta besar di London hari minggu lalu. Lontong, sate ayam, nasi uduk

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News