Drama Menguras Emosi Warnai Pilkada Serentak

Drama Menguras Emosi Warnai Pilkada Serentak
Salah satu contoh kampanye pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) saat Kampanye Pilkada Serentak beberapa waktu lalu. FOTO: Lombok Post/JPNN.com

jpnn.com - MATARAM - Tensi politik Nusa Tenggara Barat (NTB) meningkat pada pertengahan tahun hingga penghujung 2015. Tujuh daerah menggelar pemilu legislatif serentak. Ketujuh daerah itu yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Sumbawa. Selanjutnya Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu.

Pilkada Kota Mataram merupakan pilkada yang cukup mewarnai proses pilkada. Drama politik tidak terlepas dari regulasi baik Undang-Undang tentang Pemilu Kepala Daerah maupun Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU). Pengunduran waktu pelaksanaan pilkada dapat berlaku jika pilkada hanya diikuti satu pasangan calon.

Meskipun belakangan regulasi itu diubah, tapi setidaknya peraturan itulah yang menjadi sumber tingginya tensi politik di Kota Mataram. Tiga partai politik yakni Partai Gerindra, PDI Perjuangan, dan Partai Demokrat menyiapkan pasangan calon H Rosiadi Sayuti – H MNS Kasdiono (RIDO) untuk maju sebagai calon Wali Kota dan calon Wakil Wali Kota Mataram.

Beragam persiapan pun dilakukan dan sangat meyakinkan publik jika pasangan ini akan menjadi lawan kuat pasangan petahana H Ahyar Abduh – H Mohan Roliskana pada pilkada serentak di Kota Mataram. Hanya saja, publik sempat dikejutkan lantaran pasangan RIDO ini urung mendaftarkan diri ke KPU Kota Mataram.

Perseteruan politik pun terjadi. Masing-masing kelompok melakukan beragam manuver politik untuk meloloskan hasrat politiknya. Dinamika politik pun tidak ayal membuat penyelenggara pemilu bertindak. Meskipun tidak terbukti melanggar kode etik pemilu, namun masyarakat setidaknya bisa membaca bagaimana para penyelenggara pemilu baik KPU maupun Panwaslu menyelamatkan pilkada Kota Mataram.

Kubu Ahyar-Mohan pun seolah tidak ingin kalah langkah dengan menempuh segala cara untuk meloloskan diri ikut menjadi peserta pemilu. Pilkada Kota Mataram pun akhirnya berlanjut menyusul hadirnya pasangan H Salman-Jana Hamdiana sebagai lawan main pasangan Aman.

Publik pun setidaknya sadar akan drama politik yang tejadi di Kota Mataram hingga akhirnya pasangan Ahyar – Mohan berhasil melanggeng mulus terpilih kembali sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Mataram periode berikutnya.

Sedangkan di enam kabupaten lainnya peta politik tidak seseru dinamika politik di Kota Mataram. Meski begitu, semua kalangan baik kepolisian, TNI, maupun Badan Kesatuan Bangsa Politik Dalam Negeri mengkhawatirkan pilkada serentak di NTB berdampak sistemik.

MATARAM - Tensi politik Nusa Tenggara Barat (NTB) meningkat pada pertengahan tahun hingga penghujung 2015. Tujuh daerah menggelar pemilu legislatif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News