Duh, Ada SMA yang Muridnya Berkemampuan Matematika Setara Siswa Kelas II SD

Duh, Ada SMA yang Muridnya Berkemampuan Matematika Setara Siswa Kelas II SD
Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek Zulfikri Anas saat menjadi pembicara Temu Inovasi ke-14 di Jakarta, Selasa (6/12). Foto: dokumemntasi Kemendikbudristek 

Zulfikar menambahkan sebenarnya literasi siswa dan siswi sudah cukup tinggi. Namun, terkadang kurikulum yang diterapkan membuat literasi mereka seperti jatuh ke titik nol.

Direktur Institute Indonesia Bermutu itu mencontohkan saat berkunjung ke salah satu sekolah di Papua. Di dalam kelas itu ada buku Lelucon Berbuah Masalah.

“Saya tanya kepada mereka apa artinya lelucon dan mereka tidak tahu," kisah Zulfikri.

Mereka juga tidak paham maksud dari lelucon berbuah masalah. Namun, ketika kata ‘lelucon’ itu diganti dengan istilah ‘mop’ yang lebih dikenal, para siswa itu pangsung paham.

Oleh karena itu Zulfikar menekankan Kurikulum Merdeka yang dirancang pemerintah ditujukan untuk bisa diterapkan di semua sekolah.

“Sepanjang ada anak yang mau belajar dan orang dewasa yang mendampingi itu bisa (diterapkan). Jadi, sasarannya bukan mengubah kurikulum, tetapi bagaimana meningkatkan pelayanan kualitas pendidikan kepada peserta didik,” ucap Zulfikar.

Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, Kabupaten Sumba Tengah Magdalena Kalli yang juga hadir pada Temu Inovasi itu menjelaskan di daerahnya terdapat kesenjangan pendidikan.

“Kemampuan berhitung siswa di Sumba Tengah itu ternyata baru 30 persen,” ujarnya.

Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek Zulfikri Anas mengungkapkan para guru dan murud telah menjadi korban target kurikulum.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News