Duka Warga yang Tertembak Peluru Aparat di Pelabuhan Sape
Ditinggal Kekasih karena Kaki Lumpuh
Rabu, 08 Februari 2012 – 22:42 WIB
Pagi itu, pukul 07.10 Wita, bunyi dering SMS masuk ke handphone Sahabudin. Sebuah pesan pendek dikirim tetangganya. Bunyinya: Cepat tolong kami. Banyak warga yang sudah diangkut polisi ke kota. Pria 31 tahun itu pun langsung bergegas menuju Pelabuhan Sape.
Sesampai di pertigaan menuju pelabuhan, suasana sudah ramai. Mobil-mobil patroli melaju, sedangkan beberapa warga tampak berlarian di pinggir jalan. Sahabudin nekat melajukan motornya mendekati pelabuhan.
Nahas, sesampai di depan sebuah toko, beberapa meter dari gerbang dermaga, dia ambruk. Sahabudin merasakan nyeri yang sangat hebat di atas lutut kirinya. "Saya belum sadar bahwa saya terkena tembakan," katanya.
Belakangan, dia baru sadar tubuhnya terkena peluru. Darah mengalir dari atas lututnya. Untungnya, timah panas itu tak sampai mengenai tulang tempurung kakinya. Beberapa saat kemudian, sejumlah aparat datang mendekati. Bukannya menolong, salah seorang aparat malah memukulkan popor senjata ke kepala dan pundak Sahabudin. Pria yang bekerja sebagai sopir ekspedisi itu mengaku digilas motor yang ditunggangi polisi.
Tragedi di Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), 24 Desember lalu, menyisakan duka mendalam bagi para korban. Ada yang kehilangan nyawa,
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor