Dulu Office Boy, Kini Ubah Limbah Pelepah jadi Rupiah

Dulu Office Boy, Kini Ubah Limbah Pelepah jadi Rupiah
Abdul Hakim sedang mengerjakan pembuatan kerajinan kaligrafi berbahan kayu, di kediamannya di Kaujopn, Kota Serang, Jumat (10/3). Foto: Supri/Radar Banten/JPNN.com

Beberapa karyanya ia tunjukkan, mulai dari pernak-pernik berbahan pelepah pisang, celengan bambu, pernak-pernik badak bercula satu, dan kerajinan kaligrafi berbahan kayu.

Awalnya, Hakim memang mengandalkan bahan utama pelepah pisang. Belakangan, ia mengembangkan kerajinan lain dari limbah kayu dan bambu.

“Sekarang saya tambah limbah peti (kayu palet, red) dijadikan kerajinan,” katanya sembari memperlihatkan kaligrafi bertuliskan Ayat Kursi yang masih sedikit basah setelah dipernis.

Ia tak menarget harus berapa banyak dalam sekian waktu. Dibantu oleh istri dan ketujuh anaknya, Hakim dapat membuat celengan sebanyak 20 biji dalam sehari.

Sedangkan kaligrafi, ia hanya bisa membuat dua buah dalam sehari. “Itu mulai nulis, menempel, sampai pernis,” ujar Hakim.

Karena membuatnya cukup rumit, untuk kaligrafi kayu seukuran 50 sentimeter kali 40 meter ia patok dengan harga Rp 350 ribu.

Sedangkan pernak-pernik lain ia patok harga mulai Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu, sesuai besar kecilnya ukuran.

Perlahan-lahan dan telaten, Hakim memasarkan kerajinan tangannya dari kampung ke kampung mengenakan sepeda ontel.

Abdul Hakim sempat tertatih-tatih merintis usaha. Tak hanya kayu, limbah pelepah pisang pun disulap menjadi kerajinan yang mendulang rupiah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News