Durian Baret

Oleh: Dahlan Iskan

Durian Baret
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Alhamdulilah. Puji Tuhan. Amitofo. Rahayu. Nikmat yang mana lagi yang masih harus saya dustakan.

Baca Juga:

Durian Punggur adalah durian dari kecamatan Punggur. Lokasinya sekitar 15 km di Tenggara Pontianak. Mulai banyak yang tanam sawit di sana. Di mana-mana terjaga durian Punggur. Murah sekali: tidak sampai Rp 30.000/biji.

Waktu Wali Kota Pontianak dijabat Sutarmidji –sekarang gubernur Kalbar– harga durian Punggur pernah dilambungkan sampai Rp 50.000. Wali Kota Miji ngamuk. Kios-kios durian diperintahkan ditutup. Akhirnya harga kembali normal.

Saya seperti tidak sabar saja menunggu malam. Maka segala macam urusan saya selesaikan cepat: ngopi di A Siang, bubur ikan di A Heng, ngopi lagi di A Ming.

Sampai pukul 14.00 masih juga dapat tawaran dari satu A ke A yang lain. Tetapi saya putuskan tegas: stop.

Tidak boleh lagi ada makanan masuk perut. Pun tidak mau diajak makan malam. Harus cukup ruang di perut ini untuk Punggur bersama Dede.

Saya ingin tahu seberapa sukses usahanya –akan terlihat dari sebanyak apa durian yang mampu ia pesan. Saya ingin menguras dompetnya.

Sore itu saya tidak hanya tidak makan. Saya juga harus mengosongkan perut dan energi. Maka pada pukul 16.00 saya melatih senam-dansa. Kuras tenaga.

Di Pontianak saya pun diajak berkampanye politik durian. Temanya: selamatkan durian lokal. Rupanya pohon durian lagi terancam oleh perumahan dan kebun sawit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News