Ebiet G Ade, tentang Puisi – puisi yang Dinyanyikan

Ebiet G Ade, tentang Puisi – puisi yang Dinyanyikan
Ebiet G Ade hadir dalam anugerah kebudayaan 2018 di Kemendikbud, Jakarta, Rabu (27/9/18). FOTO: FEDRIK TARIGAN/JAWA POS

Karena itu, dia bahagia sekaligus bangga ketika Agustus lalu diberi tahu mendapatkan Satyalencana Kebudayaan. ”Penghargaan tersebut wujud perhatian negara kepada seniman,” katanya.

Apresiasi dari pemerintah itu membuat semangat bermusiknya yang memang tak pernah padam semakin menyala. Meski memang album studio terakhirnya sudah dirilis pada 2013.

Hari-harinya kini banyak dihabiskan untuk traveling bersama keluarga. Tapi, ayah pemusik Aderaprabu Lantip Trengginas atau dikenal dengan Adera itu masih terlibat dalam permusikan tanah air. Dengan menjadi komisioner di Lembaga Manajemen Kolektif Nasional.

”Tugasnya mengurus royalti musik yang perputarannya ada di Indonesia,” tuturnya.

Tapi, gitar tentu tetap jadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Begitu pula dengan menulis puisi atau lirik. Melagukannya adalah bagian dari cara menampilkannya. Karena sedari muda Ebiet sadar dirinya tipe penyair yang tak pandai membacakan karya.

”Musik Indonesia itu sekarang sudah sangat baik. Tinggal kita sebagai bangsa saling menghargai dan menjaga,” ungkapnya.

Dan, di usianya yang sudah 64 tahun kini, dia akan menikmati semua itu tidak lagi dari dekat. Dia memilih menjadi ”kupu-kupu kertas, yang terbang kian kemari”. (*/c10/ttg)

 


Konsistensi Ebiet G Ade melagukan puisi berbuah Satyalencana Kebudayaan dari Presiden Jokowi yang diserahkan Mendikbud Muhadjir Effendy.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News