Edukasi Gizi YAICI dan PP Muslimat NU Jangkau Locus Stunting Tertinggi di Indonesia

Edukasi Gizi YAICI dan PP Muslimat NU Jangkau Locus Stunting Tertinggi di Indonesia
Edukasi gizi YAICI dan PP Muslimat NU jangkau locus stunting tertinggi di Indonesia. Foto: Dok. YAICI

Dia mengatakan sebagai organisasi masyarakat YAICI bekerja sejalan dengan strategi yang ditetapkan pemerintah. Oleh karena itu, target wilayah yang menjadi sasaran edukasi YAICI pun mengacu pada locus stunting yang menjadi prioritas penanganan stunting yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang dilakukan pada 16–19 Maret 2022 kemarin.

Berdasarkan temuan lapangan tersebut, Arif menyimpulkan yang menjadi permasalahan adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap asupan anak sehari-hari.

“Di kota Kupang, banyak orang tua yang bekerja di daerah lain kemudian anak dititipkan ke nenek atau keluarga lainnya yang mereka juga minim edukasi. Sementara di Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan, memang ada faktor geografis wilayahnya serta akses masyarakat terhadap layanan kesehatan. Namun yang menarik adalah, meskipun masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan bahan pangan yang bergizi seperti ikan dan telur, namun anak-anak balita di sana sudah terbiasa mengkonsumsi makanan minuman ringan seperti teh kemasan dan juga sehari-hari minum susu kental manis,” papar Arif.

Lebih lanjut, dia mengingatkan bahwa mengatasi stunting tidak selesai hanya dengan bantuan pangan.

Masing-masing daerah memiliki karakteristiknya sehingga dalam mengatasi kejadian stunting diperlukan pendekatanan berbasis daerah dan sinergisitas dengan masyarakat setempat, salah satunya dengan menggerakkan kader-kader penyuluh kesehatan masyarakat di wilayah tersebut.

“Hingga saat ini, kami telah memberikan pembekalan terhadap lebih dari 10 ribu kader PP Muslimat NU, dimana mereka siap meneruskan lagi pengetahuan tersebut ke masyarakat dan lingkungan sekitarnya, melalui kegiatan-kegiatan berbasis sosial dan keagamaan yang rutin dilakukan Muslimat NU,” beber Arif Hidayat.

Ketua PCNU Kab Timor Tengah Selatan di Kota So’e Muhammad G.Arifudin mengakui sanitasi dan asupan gizi keluarga menjadi pemicu tingginya angka gizi buruk di wilayahnya.

“Kalau dilihat saat ini, memang NTT ini hijau, karena saat ini sednag musim hujan. Saat nanti musim kemarau, akan terlihat merah dan saat inilah masyarakat akan kesulitan air. Ini juga erat kaitannya dengan kemiskinan, anak makan seadanya termasuk minum susu kental manis di sini itulah susu yang dikonsumsi anak-anak,” kata ulama yang juga menjabat sekretaris MUI NTT ini.

YAICI bersama PP Muslimat NU mendukung percepatan penurunan prevalensi stunting meningkatkan jangkauan edukasi gizi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News