Ekonomi Bonyok Dihajar Pandemi, Forum DKI Minta Menteri Perdagangan Diganti

Ekonomi Bonyok Dihajar Pandemi, Forum DKI Minta Menteri Perdagangan Diganti
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. Foto : Wahyu Putro A/foc./Antara

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo dinilai harus mengubah paradigma Kabinet Indonesia Maju pascapandemi Covid-19. Koordinator Forum Diskusi Kebangkitan Indonesia (Forum DKI) Bandot DM menyatakan, saat melantik Kabinet Indonesia Maju (KIM), Joko Widodo menggunakan pendekatan yang sangat konservatif.

“Saat itu posisi Indonesia dan Jokowi ada di atas angin,” ujarnya, Senin (11/5).

Karenanya ia melihat Jokowi menggunakan asumsi stabilitas politik (koalisi) dan ketersediaan sumber daya (investor luar negeri) yang memadai sebagai dasar membentuk Kabinet.

“Di tambah lagi, keberhasilan sektor infrastruktur yang tinggal diteruskan saja di periode ke dua. Tak heran jika komposisi KIM sangat kompromistis dan partai-sentris,” katanya.

Namun, lanjutnya, pandemi Covid-19 membalikkan skema Kabinet Indonesia Maju tersebut. Keadaan yang diharapkan ceteris paribus, faktanya dunia sama sekali berubah.

“Virus yang mulai dikenal pada Desember 2019 lalu tak perlu lama untuk membalikkan tatanan dunia. Sebulan kemudian, virus ini melumpuhkan perekonomian dunia hingga saat ini. Kita pun tak lepas dari serbuan badai Covid19 ini,” ucapnya.

Sejak ditemukan pasien pertama pada awal Maret, katanya, Pemerintah sudah menginisiasi sejumlah upaya pencegahan. Hingga akhirnya memutuskan untuk melaksanakan Program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Dampak secara ekonomi bisa ditebak, krisis mengancam. Kita melihat ada tren kenaikan harga bahan pokok sejak awal Maret. Komoditas gula saja, selain harganya melambung hingga sempat menyentuh angka Rp 20.000 perkilo atau naik di atas HET pemerintah sebesar Rp 12.500, persediaan di pasar pun langka,” ungkap Bandot.

Bagaimana antisipasi pemerintah menghadapi ancaman krisis pangan jika Presiden tidak dibantu oleh Menteri Perdagangan yang memiliki kapasitas dan kemampuan mengendalikan pasar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News