Ekowisata Mangrove Tak Terurus Lagi
Daud menambahkan, pada musim libur seperti sekarang, banyak pengunjung yang datang. Setiap hari bisa mencapai ratusan pengunjung. Berbeda ketika hari biasa yang hanya mencapai puluhan pengunjung.
Ia berharap pemerintah segera menata kembali objek wisata tersebut karena merupakan tempat wisata yang selalu dikunjungi masyarakat.
"Parahnya lagi, satu jalur masuk hutan mangrove sudah ditutup karena kayu penahan di samping-samping sudah terlepas dan lapuk, sehingga ditutup. Takutnya ada anak kecil yang jatuh dan anakan mangrove tajam sehingga bahaya jika sampai ada yang jatuh," ungkapnya.
Salah satu pengunjung, Densiana Muda yang merupakan mahasiswa Universitas Nusa Cendana mengaku dirinya sangat menyayangkan kerusakan yang terjadi.
Ia berharap ada penataan dan pemeliharaan agar tidak membahayakan pengunjung, karena banyak kayu yang sudah lapuk.
“Banyak kayu yang sudah lapuk, sehingga jika pengunjung tidak berhati-hati akan sangat membahayakan apa lagi di bawah anakan mangrove sangat tajam. Selain itu, satu jalur masuk sudah ditutup karena penahan di sampingnya sudah rusak," katanya.(*/JPG)
Baru satu tahun terakhir ekowisata Mangrove di Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang menjadi viral. Pengunjung pun padat. Namun
Redaktur & Reporter : Friederich
- Nol Karbon & KPH Wilayah III Aceh Berkolaborasi, Siap Restorasi Hutan Mangrove
- Berbicara Soal Rehabilitasi Mangrove di Forum COP28, Sultan Puji Komunitas LATUN Bengkulu
- Ganjar Dorong Peningkatan Pariwisata Melalui Infrastruktur, Kebudayaan hingga Ekowisata
- Pertunjukan Teater Hikayat Nenek Moyang di Pahawang jadi Pintu Masuk Ekowisata
- Bupati Zaki: Hutan Mangrove Penting untuk Iklim dan PAD
- Dorong Konsep Ekonomi Biru, Mowilex Dukung Ekowisata Hiu Paus di Sumbawa