Ekspor Lambat, Beban Utang Makin Berat

Ekspor Lambat, Beban Utang Makin Berat
Ekspor Lambat, Beban Utang Makin Berat
JAKARTA--Perlambatan kinerja ekspor Indonesia telah menyeret beban utang luar negeri pemerintah semakin berat. Bank Indonesia (BI) mencatat, debt service ratio"(DSR) atau rasio kemampuan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, hingga kuartal kedua 2012 mencetak angka tertinggi selama tiga tahun terakhir, yakni sebesar 30,5 persen. Perolehan tersebut naik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 21,9 persen.

DSR sendiri merupakan pembayaran bunga dan cicilan pokok utang luar negeri jangka panjang, dibagi dengan jumlah penerimaan ekspor. Idealnya, semakin besar persentase DRS, maka beban utang luar negeri semakin besar pula. Meski demikian, angka tersebut tidak mutlak jika investor (kreditor) meyakini bahwa telah terjadi perkembangan ekonomi yang baik pada negara tujuan investasi. Pasalnya, investor bakal menilai bahwa kewajiban pembayaran utang diproyeksi dapat diselesaikan dengan baik oleh negara debitor.

Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan, kemampuan pembayaran utang yang dimiliki oleh pemerintah masih cukup baik. Sehingga, potensi instabilitas terhadap sistem keuangan yang berasal dari pinjaman luar negeri pemerintah masih relatif kecil. Tercatat, pada triwulan pertama 2012, pinjaman luar negeri Pemerintah mencapai USD 118,38 miliar, atau setara Rp 1.083 triliun (kurs Rp 9.146 per USD 1). "Saat ini Pemerintah melakukan pengurangan utang secara bertahap, dan mencari sumber pembiayaan lain yang rendah risiko," ungkapnya.

Dia memaparkan, sejatinya tantangan stabilitas keuangan yang utama bersumber dari faktor eksternal atau krisis global. Maka dari itu, Pemerintah perlu mendorong penciptaan pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat dan kokoh. "pertumbuhan yang sehat dan kokoh itu melalui peningkatan kinerja di sektor riil, misalnya meningkatkan belanja modal," jelasnya.

JAKARTA--Perlambatan kinerja ekspor Indonesia telah menyeret beban utang luar negeri pemerintah semakin berat. Bank Indonesia (BI) mencatat, debt

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News