Eutanasia

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Eutanasia
Ilustrasi petugas tes swab Covid-19. Foto: Ricardo/JPNN.com

Jika ini dibiarkan maka keturunan yang tidak sehat itu pun akan berumur pendek dan tidak bisa bersaing dengan keturunan yang sehat.

Karena itu, kaum liberal-evolusionis berpendapat bahwa eutanasia harus dilegalkan supaya kualitas manusia menjadi makin baik, karena orang-orang yang tidak fit dengan sendirinya tereliminasi dari persaingan.

Perdebatan antara kalangan konservatif agama yang pro-life dan kalangan liberal-evolusionis yang pro-choice sampai sekarang tidak pernah ada ujungnya.

Di Amerika Serikat kubu konservatif didukung oleh Partai Republik dan kubu liberal didukung Partai Demokrat. Setiap pemilu kedua kubu selalu bertengkar antara dua pilihan itu.

Di Indonesia kasus eutanasia menjadi semacam tabu politik yang tidak bisa diperdebatkan secara terbuka.

Moralitas agama tidak memungkinkan seseorang boleh mengakhiri hidup orang lain, dalam keadaan apa pun.

Namun, ketika layanan kesehatan berada pada kondisi darurat karena pandemi yang tidak terkendali seperti sekarang, dilema moral ala eutanasia seperti yang dialami Dokter Rintawan, mau tidak mau akan semakin sering terjadi.

Pada suatu titik kritis, dokter harus "playing god", memainkan peran Tuhan. (*)

Yuk, Simak Juga Video ini!

Tiga pasien positif dalam kondisi buruk dan semuanya membutuhkan ventilator. Namun, hanya tersisa satu ventilator saja.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News