Fenomena Populisme Digital di Indonesia Sejalan dengan Kemajuan Internet

Pada gelaran Pemilu 2024, populisme di Indonesia tergambarkan pada momen bersatunya Jokowi-Prabowo pada 2019 dan masuknya Prabowo ke dalam kabinet yang membawa pengaruh simbol “kampret” hilang.
Oleh karena itu, pada Pemilu 2024, penggunaan narasi populis berganti dengan kemunculan narasi “politik riang-gembira”.
Namun, di sisi lain populisme digital juga menciptakan peluang bagi kelompok-kelompok marginal yang sebelumnya tidak memiliki akses ke panggung politik.
Mereka dapat memanfaatkan media digital untuk menyuarakan isu-isu yang relevan dengan komunitas mereka, memberikan platform alternatif untuk dialog dan advokasi.
Keberhasilan ini sering kali dikalahkan oleh kekuatan besar populisme digital yang cenderung mengaburkan fakta dan menggunakan retorika emosional untuk meraih dukungan.
"Untuk itu, memahami dinamika populisme digital di Indonesia sangat penting untuk menjaga kesehatan demokrasi dan masyarakat, sehingga dapat merumuskan strategi yang bisa digunakan untuk menghadapi tantangan populisme digital," pungkas Ramadhan.
Yuk, Simak Juga Video ini!
Fenomena populisme digital ini sejalan dengan makin meleknya bangsa Indonesia terhadap internet.
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul
- Inas Zubir Bicara Krisis dan Peluang Masa Depan Hanura di Tengah Keterpurukan
- Said Aldi Instruksikan Konsolidasi OKP Hingga ke Tingkat Bawah
- Paslon Cecep - Asep Memenangi PSU Pilkada Kabupaten Tasikmalaya
- SCL Taktika Paparkan Hasil Quick Count Aulia-Rendi
- Kantor KPU Buru Sengaja Dibakar, Motif Pelaku Tak Disangka
- Trafik Broadband Meroket Selama Libur Lebaran 2025, Telkomsel Beber Penyebabnya