Fesbuker Indonesia Tembus 51 Juta

Fesbuker Indonesia Tembus 51 Juta
Fesbuker Indonesia Tembus 51 Juta
Pertumbuhan pengguna sosmed, tak lepas dari fungsinya yang mampu membawa dunia ke genggaman pengguna. Fungsi ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari sekadar pertemanan, gathering hingga sarana bisnis gratis. Tak sedikit pengusaha yang sukses berbisnis melalui media sosmed, bahkan melebihi profit pada bisnis fisik. Tentunya anda tak asing dengan iklan-iklan online shop di Facebook dan twitter bukan? Bisnis ini terus menjamur, karena keuntungan lebih besar dengan budget lebih minim bagi pengusaha. Siapa yang tak tertarik dengan tawaran menggiurkan seperti ini.

Namun, dibalik segala manfaat sosmed, dampak buruknya juga lebih parah lagi. Tak terhitung berapa kali kasus pemerkosaan terhadap anak baru gede (ABG) yang berawal dari perkenalan di Facebook. Belum lagi muatan pornografi dan kekerasan yang begitu vulgar dan dapat mempengaruhi mental serta psikis anak muda. Upaya pemerintah membatasi konten pornografi dengan perangkat lunak, tak mampu bekerja optimal. Terlebih, perkembangan teknologi yang terus bergerak cepat, banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjebol perisai pembatas konten berbahaya.

Sosiolog dari Insitut Pertanian Bogor (IPB), Ekawati Sri Wahyuni menilai, semua dampak buruk dari sosial media adalah risiko perkembangan teknologi yang mau tidak mau harus diterima. Perangkat teknologi semakin canggih dan sulit dibatasi. Anak dibawah umur tak lagi harus menyalakan personal computer (PC), hanya untuk tersambung ke sosmed seperti Facebook dan twitter. Melalui telepon genggam, mereka bisa mengakses sosmed dan ngoceh hingga bisa terbaca oleh seluruh dunia.

“Memang karena sekarang mudah diakses, melalui hand phone makin canggih. Kalau kurang matang dalam menggunakan, banyak bahayanya,” kata dia.

Menurutnya, program pembatas konten pornografi hanya bisa sebatas meminimalisir. Sedangkan untuk mengakses internet secara keseluruhan, kini para orangtua tak bisa lagi mengontrol putra-putri mereka. Cara satu-satunya yang bisa dilakukan adalah orangtua ikut memiliki akun sosmed dan menjadi teman si anak. Dengan begitu mereka bisa memantau dan memberi pemahaman ketika si anak mulai menyimpang.

BOGOR- Masyarakat Indonesia sedang keranjingan bersosialita di dunia maya. Sebagai Negara berkembang, Indonesia ternyata selalu berada di lima besar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News