Film 'Siti' Disambut Baik di Festival Film Indonesia di Melbourne

Ujel pun yakin bahwa kekuatan karakter Siti sebagai wanita yang diceritakan memiliki banyak tekanan dalam hidupnya justru membuat film ini menjadi berbeda.
Studio Cinema 1 di ACMI, Federation Square pun terlihat cukup penuh saat film Siti diputar. Penonton merasa puas mendapatkan pengalaman menonton yang berbeda lewat film ini.
Salah satu penonton, Michael Reardon mengaku senang melihat sinematografi dengan gaya hitam putih. Ia pun merasa kembali ke Indonesia, yang pernah dikunjunginya.
"Film ini mengingatkan perjalanan saya ke sebuah desa di Sumatera Utara selama seminggu. Benar-benar mengangkat dengan jelas kehidupan di pedesaan di Indonesia," kata Michael kepada Erwin Renaldi dari ABC International.
Sesuai dengan tema festival tahun ini, yakni 'Wajah Lain Indonesia', film Siti ini cukup mewakili kehidupan mereka yang jauh dari perkotaan besar dan harus berjuang dengan kesusahan setiap harinya.
"Saya merasa sedih karena memang masih banyak orang di Indonesia yang sedikit punya uang atau pendapatan dan mereka terjebak dalam kondisi seperti itu," tambah Michael.

Siti Film
Eddi Cahyono dan Ujel Bausad membuka pemutaran film Siti di ACMI, Melbourne, Senin (13/04). Foto: Erwin Renaldi.
Sejumlah penonton pun merasa kagum dengan bahasa yang digunakan dalam film ini, yakni bahasa Jawa.
Film Siti besutan sutradara Eddie Cahyono diputar di hari kelima Indonesian Film Festival (IFF) 2015, yang digelar di Melbourne. Para pencinta film
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina