Football Coming Rome

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Football Coming Rome
Suporter Timnas Italia. Foto: BBC Sport - The Sun

Inggris nyaris buntu tidak bisa menembus gawang Denmark. Hanya karena salah dalam memotong umpan tarik dari sisi kanan gawang hingga Kapten Simon Kjaer membuat own goal ke gawang Schmeichel.

Ketika pada menit-menit akhir Inggris mendapatkan penalti, Schmeichel tidak keder. Ia sudah hafal dengan tendangan Kapten Harry Kane. Ia berkonsentrasi penuh. Ia tatap mata Kane, ia perhatikan gerakan kakinya.

Suporter nakal Inggris mengganggunya dengan mengarahkan sinar laser ke muka Schmeichel, tetapi ia bergeming. Ketika Kane menggerakkan kaki menendang bola menyusur ke sisi kiri gawang, Schmeichel bergerak cepat. Ia bisa menahan tendangan Kane, tetapi bola memantul dan Kane lebih cepat menyambar sebelum Schmeichel bisa melakukan blok.

Wembley bergetar. Suporter berteriak bergemuruh. Pendukung Denmark tercekat. Harapan dan mimpi untuk mengulangi sejarah 1992 pupus sudah. Denmark harus pergi dari turnamen, tetapi kepala mereka tetap tegak terhormat.

Salah satu kejutan terbesar dalam pelaksanaan Piala Eropa terjadi ketika Denmark menjadi juara pada 1992. Di luar ramalan semua pandit Denmark bisa menjadi juara.

Padahal ketika itu Denmark tidak lolos babak kualifikasi. Namun, nasib baik membawa Denmark bermain di babak utama, karena timnas Yugoslavia terkena sanksi oleh UEFA, otoritas sepak bola Eropa, karena negara Balkan itu terlibat konflik perang internal.

Kejutan lainnya adalah timnas Yunani yang berhasil menjuarai Piala Eropa edisi 2004. Ini disebut sebagai "the biggest upset" kejutan besar, karena Yunani bisa mengalahkan tim favorit Jerman 1-0 di babak final.

Ketika itu belum ada istilah parkir bus untuk menggambarkan permainan bertahan total.

Karena itu wajar kalau muncul spekulasi bahwa EURO 2020 ini Inggris lebih banyak diuntungkan oleh UEFA.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News