FPI

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

FPI
Ilustrasi - Sejumlah pencinta Habib Rizieq Shihab saat aksi di depan Balai Kota Bogor beberapa waktu lalu. Foto: Ricardo/JPNN.com

Suekarno, Hatta, Sjahrir, dan lain-lain, semua pernah masuk penjara dan diasingkan dari lingkungannya. Namun, spirit perjuangan mereka justru menjadi makin kuat setelah bebas dari penjara.

Pemimpin Afrika Selatan, Nelson Mandela, menghabiskan 27 tahun hidupnya di penjara. Akhirnya Mandela bebas pada 1990, dan bisa menumbangkan rezim apartheid yang sudah berkuasa ratusan tahun. Memoir Mandela ‘’Long Walk to Freedom’’ (1994) menunjukkan ketegaran jiwa dan raganya dalam menghadapi rezim otoriter.

Penjara tidak membunuh spirit Mandela, tetapi justru membuatnya lebih yakin terhadap perjuangannya.

Pemimpin spiritual Iran Ayatullah Khomeini diasingkan ke Paris untuk dijauhkan dari pendukungnya.

Namun, justru dari tempat pengasingan itu pengaruh Khomeini menjadi lebih besar. Akhirnya pada 1979 Khomeini kembali ke Iran dan sukses memimpin revolusi menumbangkan rezim diktator Reza Pahlevi, yang mendapat dukungan langsung dari Amerika.

HRS tidak sama dengan Mandela atau pun Khomeini. Namun, selalu ada kesamaan benang merah dalam gerakan oposisi di mana pun di dunia. Pemenjaraan dan pembungkaman tidak pernah bisa mematikan oposisi.

Tidak ada yang tahu, apa yang bakal terjadi pada 2024. (*)

FPI lama dan baru bisa jadi sama-sama membuat keder orang-orang yang mabuk karena alkohol, maupun yang mabuk kekuasaan.


Redaktur : Adek
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News