Gagal Ginjal, Pasang CAPD atau Transplantasi?

Gagal Ginjal, Pasang CAPD atau Transplantasi?
Ginjal. Foto: Ilustrasi Boldsky

Kondisi ini memaksa tim medis rumah sakit-rumah sakit, termasuk di RSUD dr Iskak dan RSSA Malang untuk menyarankan pasien baru kasus gagal ginjal agar memilih opsi lain, yakni memasang CAPD (continuous ambilatory peritoneal dialysis) atau transplantasi ginjal.

CAPD merupakan metode cuci darah mandiri dengan memanfaatkan selaput membran dalam rongga perut (peritoneum) pasien sebagai filter alami ketika dilewati zat sisa.

Kendati lebih efisien dan dinilai sebagai pilihan yang lebih baik ketimbang teknik hemodialisa (cuci darah dengan alat hemodialisis), CAPD dinilai masih memiliki risiko karena ketahanan fungsi membran perut ada batasnya.

"Di antara tiga pilihan penanganan kasus gagal ginjal secara medis tadi, opsi transplantasi ginjal merupakan pilihan terbaik untuk mencapai kualitas hidup lebih baik bagi pasien," kata Rifai.

Soal biaya, ia memastikan tindakan medis dalam transplantasi ginjal hampir sepenuhnya bisa ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

"Memang ada beberapa biaya medis, seperti screening dan pemeriksaan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kondisi ginjal pendonor yang tidak ter-cover BPJS Kesehatan, karena kan secara medis pendonor ini kan sehat. Tapi itupun kisarannya hanya sekitar Rp40 jutaan. Selebihnya, khususnya operasi tranplantasi," katanya.

Untuk pasien yang menghendaki transplantasi ginjal ini, pihak RSUD dr Iskak maupun RSSA Malang memastikan siap untuk memfasilitasi proses pengurusan administrasinya hingga pasien bisa naik ke meja operasi cangkok ginjal.

Seminar awal trapslantasi ginjal yang diikuti lebih dari 300 peserta itu menghadirkan tiga dokter spesialis nefrologi dan hipertensi RSSA yang biasa menangani cangkok ginjal.

Untuk penderita gagal ginjal, ada opsi yakni memasang CAPD alias continuous ambilatory peritoneal dialysis, atau transplantasi ginjal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News