Gairah Fotografi Bareng Model-Model Impor

Gairah Fotografi Bareng Model-Model Impor
LINTAS BANGSA: Dari kiri, Isabella Tan, Christina Helen, Mat Hasan Putra (pemilik agensi), dan Martyna Tasiemska di Surabaya Town Square.(Dimas Alif/Jawa Pos)

’’Indonesia orangnya ramah-ramah. Makanannya enak, tapi banyak yang pedas,’’ ucapnya. Berkesempatan merambah dunia modeling tanah air, bagi dia, merupakan kesempatan emas. Apalagi, tutur Martyna, perkembangan fashion di Indonesia cukup bagus. Banyak desainer Indonesia yang go international. Hal itu tak membuatnya berpikir dua kali untuk menerima tawaran bekerja di Indonesia.

’’Paling berkesan saat ada job di Bali. Bisa liburan dan kerja,’’ ungkapnya santai. Saat pemotretan pun, menurut Martyna, situasinya amat berbeda dengan di Eropa. Saat di Eropa, ujar dia, setiap pemotretan harus selalu serius dan tidak boleh bercanda. Ritme kerja di Indonesia memberikannya nuansa yang berbeda. ’’Mereka baik dan lucu. Bekerjanya fun,tapi juga serius. Saya nyaman bekerja di sini,’’ katanya.

Pengalaman di-hire agency Indonesia juga dirasakan Laura Kate Elizabeth Roberton. Model asal Melbourne, Australia, yang baru sekali ke Kota Pahlawan. Tepatnya, pada awal tahun ini dia menjadi model untuk Tinara Bridal. ’’Surabaya orangnya ramah, udaranya yang panas membuat saya ingin datang ke sana lagi,’’ ucap dara kelahiran Melbourne, 29 Desember 1993, tersebut.

Pemotretan di Surabaya berlangsung sangat cepat. Bertempat di Grand City, Laura melakukan sesi foto selama delapan jam. Sejurus kemudian, kembali ke Hotel, dia mendapat kamar di Hotel Majapahit. ’’Hotelnya bagus sekali, terasa nuansa Indonesia di dalam hotel mewah,’’ imbuh pengagum Audrey Hepburn tersebut.

Setelah itu, gadis dengan tinggi 175 sentimeter dan berat badan 62 kilogram tersebut langsung kembali ke bandara untuk kembali ke mother agency di Jakarta. Laura menolak menyebutkan gaji yang dia dapat. Tapi, yang jelas, bekerja sebagai model di luar negeri mendapatkan gaji yang lebih besar daripada model di tempat asalnya, Melbourne. ’’Mungkin karena pasar saya di sini, jadi saya dibayar mahal,’’ imbuhnya.

Maksud pasar itu adalah Laura memiliki mata biru, rambut gelap, dan kulit pucat. Model-model seperti itulah yang banyak dicari di Indonesia. Selain di Surabaya, Laura melakukan pemotretan di beberapa tempat lain. Tapi, kebanyakan adalah di Jakarta. Saat itu dia tinggal di Jakarta selama tiga bulan. ’’Baru kali ini saya tinggal di tempat yang banyak sepeda motornya,’’ ungkapnya lantas tertawa.

Selama itu pula, Laura mendapat banyak teman dan pengalaman baru. Selain Indonesia, dia pernah bekerja sebagai model di Korea Selatan dan Jepang. Untuk sementara, Laura memang fokus ke negara-negara di Asia. Sebab, dia sendiri masih tergolong pendatang baru di dunia modeling.

Kiprah awalnya dimulai pada Juni 2013. Saat itu Laura ditawari temannya yang merupakan seorang fotografer untuk menjadi model. Saat itu juga karirnya di dunia modeling dimulai. Ada mother agency yang menawarinyaphoto shoot di luar negeri. Laura pun tertarik. Dia mengurus visa kerja dan datang ke Korsel dan Indonesia untuk bekerja. Meski begitu, ke depannya Laura punya rencana menjajal peruntungan di Milan dan Jerman. (Rima Gusriana/Dinda Lisna/c17/dos)

Berita Selanjutnya:
Antioksidan Produk Lebah

Wajah-wajah ayu para model terus bermunculan. Mereka menghiasi billboard, panggung catwalk, cover majalah, dan lain-lain. Di antara wajah-wajah itu,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News